PWMU.CO – Inilah sosok perempuan kuat yang sesungguhnya: Sayyidah Hajar. Hal ini diungkap Dekan Fakultas Studi Islam Universitas al-Azhar Kairo Mesir Dr Nahla Shabry Elseidy saat membahas ‘Sayyidah Hajar: Umm Al-‘Arab Al-‘Adnaniyyin’ pada pengajian al-Nadwah al-Arabiyyah, Kamis (3/8/2023) malam.
Nahla membuka kajian rutin dua pekanan itu dengan menerangkan, Hajar merupakan sosok perempuan pembangun peradaban dan patut menjadi teladan bagi perempuan di masa kini. “Kisah Hajar mengandung banyak nilai-nilai yang baik untuk perempuan di masa sekarang dan masa depan,” ungkapnya di ruang Zoom.
Dia menerangkan, Ibrahim menikah dengan istri sebelumnya dan belum memiliki keturunan. Ibrahim kemudian menikahi Hajar dan mendapatkan keturunan Ismail. “Ia bersama Hajar pergi ke suatu tempat yang tidak terdapat sama sekali penyokong kehidupan. Tak ada makanan, air, dan segala yang dibutuhkan dalam hidup,” ungkap Nahla.
“Manusia mana yang akan sanggup tinggal di sana? Pasti (manusia) sangat ketakutan dan menjauh dari sana,” imbuhnya di pengajian yang digelar Global Fulcrum of Wasatiat Islam yang diketuai Prof Dr M Din Syamsuddin bekerja sama dengan Himpunan Perempuan Berkemajuan dan Universitas Aisyiyah Yogyakarta.
Saat itu, kata Nahla, Hajar–seorang perempuan–sendirian di tempat yang menyeramkan tersebut bersama putranya Ismail yang masih bayi. Saat Hajar mulai ragu, ia bertanya pada Ibrahim, “Apakah ini perintah Allah?” Ibrahim mengangguk sambil mengiyakan.
Hikmah Kisah Hajar
Dari kisah Hajar inilah Nahla mengajak peserta kajian malam itu mengambil hikmahnya. “Bahwa saat manusia dalam keadaan yang sempit, seharusnya meyakinkan diri bahwa ini adalah kehendak Allah,” ungkapnya.
Bahkan saat itu Hajar tidak marah ataupun bersedih. “Ibunya umat Muslim ini berkata, Allah tidak akan menyia-nyiakan atau menelantarkan kita! Allah tak akan menyia-nyiakan makhlukNya. Ia menciptakan kita. Ia pun yang akan memelihara kita,” ujarnya.
Lantas apa yang dilakukan Hajar setelah yakin bahwa itu kehendak Allah? Nahla mengungkap, Hajar berbuat, berbuat, dan berbuat. “Ia berlari di anatara Shafa dan Marwa hingga tujuh kali dan tak menyerah. Ialah seorang perempuan Mukmin yang yang sangat yakin pada Allah. Ia mempercayai bahwa Allah tidak menyia-nyiakannya namun tetap bekerja dan berusaha. Bukan dengan malas-malasan,” terangnya.
Menurutnya, inilah yang harus perempuan masa kini ketahui. “Berbuat, berbuat, dan berbuat. Setelah adanya iman dan keyakinan. Maka, iman dan amal (perbuatan) ini sama dengan keagungan, kemenangan, derajat yang tinggi,” tegasnya.
Maka, sambung Nahla, perempuan ini mengajarkan para perempuan yang hidup di zaman ini agar tak mudah berkata, “Aku tak mampu, ini terlalu sulit.”
Dia mengajak jamaah meneladani Hajar, yang sudah dihadapkan dengan maut sekalipun, ia masih berusaha dengan penuh keyakinan menaiki Shafa dan Marwah. “Yang akhirnya membuahkan hasil keluarnya air zam-zam yang bisa kita nikmati sampai hari ini,” imbuhnya.
Kata Nahla, Hajar inilah perempuan yang hidupnya, usahanya, dan perbuatannya disebutkan oleh sejarah peradaban.
Baca sambungan di halaman 2: Yakin Ketentuan Allah