Tim Produski Meraki Visual
Sebelumnya, pada 2020 bersama teman-temannya, Chu, Kiki dan Ammar telah membentuk tim produksi yang diberi nama Meraki Visual. Ini menjadi wadah bagi anak muda yang tertarik akan dunia perfilman yang memiliki visi yang sama. Tak hanya dari UMM, Meraki juga gabungan mahasiswa dari kampus lain di Malang.
“Kami belajar dan berproses bersama,” tutur Chu sambil menunjukkan akun Youtube Meraki Visual dan Instagram @merakivisual.id yang memuat karya-karya sebelumnya. Beberapa di antara film yang diproduksi Meraki meraih penghargaan.
Dikatakan, awal terbentuknya kelompok ini karena sudah sering bersama ketika di kelompok praktikum. Kebetulan mereka bertiga juga mendapatkan dosen pembimbing yang sama. “Jadi terbentuklah kelompok yang terdiri dari tiga orang ini untuk memilih tugas akhir karya film pendek,” ungkap Chu.
Selain Tidak Mati, beberapa karya film Meraki telah meraih penghargaan. Antara lain film Bumi memperoleh Best Director, Best Actor, dan Most Views dari Indodax Short Film Festival 2020. Kemudian pada tahun 2021, Persembahan untuk Jiwa meraih juara 3 dari Movie Production Club (MPC) Film Festival.
Di tahun yang sama, Film berjudul Rekah memperoleh juara 1 dari Yamaha Film Festival. Sedangkan di 2022, film Samparan masuk kategori 15 besar di Indodax Short Film Festival.
Sederet prestasi itu tak hanya menambah portofolio personal maupun Meraki Visual. Puluhan juta Rupiah telah diraihnya, baik dari penyelenggara festival maupun reward dari kampus.
Setelah lulus, ketiga calon alumni Komunikasi UMM ini bertekad terus menjalin komunikasi. Mereka akan terus menginput film-film karyanya di festival-festival sampai habis masanya.
“Jadi bukan berarti nanti kalau udah lulus, filmnya bakal stop didistribusikan, tapi inshaallah akan terus di distribusikan ke festival-festival,” kata Ammar.
Ketua Prodi Komunikasi UMM, Nasrullah menyatakan ketiga mahasiswa ini berhasil lulus lewat jalur non-skripsi dengan nilai A. “Mereka ini seperti lewat dua jalur, yakni karya kreatif dan jalur prestasi. Tetap menulis laporan secara akademik. Bahkan laporannya sangat tebal, lebih tebal dari skrispi,” ungkapnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni