Premiumnya RSML
April 2018 Murozim menjadi pasien rawat inap di RSML menceritakan pengalamannya ketika menjadi pasien di sana. Murozim hendak dilakukan tindakan operasi dan harus menjalani rawat inap, serta wajib kontrol empat kali dalam sebulan.
Ada hal yang membuatnya berkesan saat itu, menurutnya, perawat dan dokter yang menanganinya sangat ramah, serta memegang erat ketekunan sholat berjamaah di masjid rumah sakit.
“Waktu itu perawatnya pada shalat bersama-sama, ‘bagus sekali’, dalam batin saya berkata begitu ” ucap warga Desa Kandangsemangkon Lamongan tersebut. RSML sebagai RS syariah tak sekadar citra, menurutnya, sivitas RSML benar-benar mengimplementasikan nilai-nilai Islam dalam bekerja.
Testimoni berikutnya dari Umar yang tanggal 30 Juni 2018 menjalani rawat inap di RSML. Baginya, peran rohaniawan sangat penting bagi orang yang sedang diuji sakit. “Ada rohaniawan yang cukup membantu saya. Saya rasa hal itulah yang tak kalah penting dibutuhkan oleh pasien,” ucap lelaki yang selalu berpeci tersebut. Kesucian ruangan yang sangat terjaga juga membuatnya nyaman untuk dapat fokus istirahat demi pemulihan fisik.
Gerakan PKO Muhammadiyah Lamongan sejauh ini mengilhami berdirinya dua rumah sakit di Lamongan, dua rumah sakit di Babat, dan 17 amal usaha kesehatan tingkat cabang dan ranting berupa klinik, praktik dokter, serta apotek.
Semua amal usaha kesehatan di Kabupaten Lamongan mengacu pada KBBI bisa disebut “premium” yang dalam mewujudkannya tidak dalam waktu sekejap apalagi semalam seperti Bandung Bondowoso membangun candi.
Bukan uang besar saja yang diperlukan untuk mewujudkan amal usaha premium, terpenting tekad besar dari pejuang yang ikhlas berjuang untuk jangka panjang. Premium tidak harus identik dengan sesuatu yang mahal dan mewah, semua bisa dimulai dari bawah, sederhana, merakyat juga membumi (down earth). Wallahualambishawab. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni