PWMU.CO – Panti asuhan harus melahirklan pejuang tangguh Muhammadiyah. Demikian harapan disampaikan Wakil Ketua PWM Jatim Muh. Khoirul Abduh MSi di acara Capacity Building: Revitalisasi Ideopolitor di Trawas Mojokerto, Ahad (13/8/2023).
Abduh menyampaikan prihatin atas fakta yang menunjukan dari ribuan alumnus panti asuhan Muhammadiyah yang aktif di Muhammadiyah sangat sedikit.
”Anak panti dihidupi oleh Muhammadiyah, tinggal bagaimana kemudian pengurus membuat format pendidikan di internal panti sehingga membentuk karakter kader Muhammadiyah yang mampu menjadi pejuang-pejuang tangguh Muhammadiyah,” tegas Abduh.
Sebab, kata dia, orang yang datang dan menyerahkan anaknya ke panti asuhan kita dipastikan dia siap dibentuk menjadi apapun.
Muhammadiyah itu, ujar dia, organisasi yang keren banget dalam mengelola panti asuhan. Yang penting bagaimana persyaratan panti asuhan secara akreditasi diakui oleh dinas sosial yang berefek pada bantuan.
“Bu Risma Menteri Sosial mengaku orang Muhammadiyah dan orang tuanya pendiri panti asuhan Muhammadiyah di Kediri. Beliau mengaku sanggup menemui semua pemimpin panti asuhan Muhammadiyah seluruh JawaTimur,” tandasnya.
Abduh mengatakan, nanti mengundang seluruh personalia Majelis Pelayanan dan Kesejahteraan Sosial dan seluruh kepala Panti Asuhan Muhammadiyah-Aisyiyah Jawa Timur dengan beberapa gelombang, bertujuan untuk memperbaiki kinerja, manajemen dan akreditasi. ”Karena akreditasi itu persyaratan kdapat bantuan,” ujar Abduh.
Begitu pentingnya akreditasi, lanjut Abduh, kita turun membantu proses akreditasi panti asuhan yang kita miliki. Kita ada pemetaan dan asesmen dengan bentuk pemetaan dan asesmen internal yang berhubungan dengan akreditasi.
Berdasarkan data LKSA, ada 139 panti asuhan, yang tidak terdata ada 50. Kemudian panti asuhan yang terakreditasi A ada 30, B ada 48, C ada 5 sudah tidak aktif lagi. Yang belum terakreditasi ada 56 LKSA se Jawa Timur, apalagi yang belum berizin.
”Kita menguatkan struktur pengurus panti asuhan, ternyata di panti asuhan kita pekerja sosial belum terakreditasi sama sekali. Akhirnya kita mendaftarkan 159 pekerja dan insyaallah akan ada beberapa gelombang yang akan diakreditasi dan kemudian layak untuk mengelola panti asuhan,” tuturnya.
“Mengelola panti sesungguhnya kita membantu tugas negara sekaligus menjalankan perintah agama, karena orang yang tidak memuliakan anak yatim disebut pendusta agama,” tegas Abduh.
Menurut dia, sugihe (kayanya) Muhammadiyah itu karena panti asuhan. Sesuai teologi al-Maun. Kalau orang Muhammadiyah tidak memikirkan panti asuhan, berarti Muhammadiyah tidak berkemajuan dan kita akan disebut pendusta agama.
Muhammadiyah yang berkemajuan mendefinisi ulang arti yatim. Bukan saja untuk penyebutan anak yang tidak punya bapak-ibu, namun yatim juga untuk anak yang punya bapak-ibu tapi kelayakan hidupnya rendah itu wajib dibantu, maka itu tugas Muhammadiyah untuk melakukan kerja sosial.
Ganjalan lainnya tentang gaji pengurus panti yang sangat rendah padahal masalahnya kompleks.
Dia yakin, ribuan anak panti menjadi pejuang andal Muhammadiyah, kalau dikelola dengan baik. Dengan manajemen yang keren kerja sama dengan Majelis Dikdasmen. ”Ini bisa menjawab keraguan Majelis Tabligh yang kurang mubalignya,” tandas Abduh.
”Ini bukan tugas ringan, tapi harus menjadi realitas. Termasuk akreditasi menjadi ukuran terpenuhinya tingkat kelayakan pelayanan penyelanggaraan kesejahteraan sosial,” ujarnya.
Penulis Muhammad Syaifudin Zuhri Editor Sugeng Purwanto