PWMU.CO – KH Khoirul Huda—seorang ulama Muhammadiyah—prihatin masih banyak umat Islam yang kurang perhatian terhadap Alquran. “Apakah mereka tidak memerhatikan Alquran ataukah hati mereka terkunci?” tanya Anam, mengutip surat Muhammad ayat 24.
Padahal, kata Huda, Allah memberikan dorongan agar manusia memerhatikan Alquran, seperti firman-Nya dalam surat Alqamar ayat 17, “Sungguh telah Kami mudahkan Alquran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran,“ ujarnya.
(Baca: Mereka Berani dan Bacaan Alqurannya Bagus: Dakwah Dai Muda SMAM 1 Babat)
Tapi Huda tidak berkecil hati, sebab Nabi Muhammad pun pernah “curhat” pada Allah soal itu. “Beliau pernah cuhat kepada Allah dengan membacakan surat Alfurqan ayat 30, “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Alquran ini suatu yang tidak diperhatikan.”
Huda mengatakan, bulan Ramadhan adalah Syahrul Quran. “Bahwa ramadhan itu, bulannya Alquran, bulan diturunkannya Alquran. Namun sayangnya, masih banyak yang tidak perhatian terhadap Alquran,” jelasnya dalam Pengajian Jumat Pagi (Jumpa) di Masjid At-Taqwa Babat, Lamongan, (2/6). Masjid At-Taqwa satu kompleks dengan TK ABA VI, SD Muhammadiyah 1 Babat, dan SMP Muhammadiyah 1 Babat.
Menurutnya, tidak ada alasan untuk tidak memelajari Alquran. “Sekarang ini sudah banyak terjemahan Alquran. Bahkan dilengkapi dengan ilmu tajwid. Masak ya masih malas juga baca Alquran,” ungkapnya. Dia membandingkan bagaimana seorang bisa berjam-jam ngopi sambil ngobrol tapi enggan meluangkan waktu untuk membaca Alquran.
(Baca juga: Dari Penyejuk Hati hingga Jadi Musuh: 4 Macam Hubungan Anak-Orangtua dalam Alquran)
“Untuk minum satu cangkir kecil itu bisa sampai 1 jam. Padahal membaca Alquran satu juz itu hanya perlu 45 menit. Lagi pula Alquran ini sebagai petunjuk bagi manusia sebagaimana disebutkan dalam surat Albaqarah ayat 185, bahkan djelaskan juga Alquran itu lurus. Orang yang menggunakan sebagai petunjuk tidak akan menyimpang,” paparnya.
Huda membuat perumpamaan menarik soal bagaimana seharusnya sikap umat Islam pada Alquran sebagai pedoman hidup. “Sekarang bagaimana seandainya ada seorang ibu yang tidak bisa membaca. Dan barusan ia menerima surat dari putrinya. Kira-kira bagaimana?” tanyanya pada hadirin. “Tentu ia akan berusaha bertanya untuk mengetahui isi surat itu. Nah semestinya kita juga harus begitu: punya keinginan kuat untuk memahami Alquran agar bisa menggunakan pedoman dalam kehidupan,” jelasnya.
(Baca juga: Jika Ingin Pintar Lebihi Kaum Yahudi, Biasakan Diri Akrab dengan Alquran)
Huda mengingatkan membaca Alquran itu penting, sama pentingnya dengan memahami maknanya. “Betapa besar dorongan Nabi Muhammad saw agar umatnya gemar membaca Alquran, sampai-sampai beliau nyatakan bahwa bil membaca satu huruf nilainya sama dengan sepuluh kebaikan,” ucap Huda.
Kita patut bersyukur, tambah dia, di kota-kota besar telah banyak orang-orang menyempatkan diri untuk mempelajari Alquran. “Semoga kita semua bisa menyediakan waktu untuk membaca dan memahami, serta mengamalkannya. Amin! (Hilman Sueb)