Gandeng Cabang dan Ranting
Dia mengungkapkan, pada akhir Agustus 2023 dia akan menggandeng Lembaga Pengembangan UMKM PWM Jatim. “Berikutnya kami akan main bersama cabang-ranting dan Lazismu.” Saya bayangkan kayak Bumdes, gerakan ini mampu mewujudkan satu desa ada satu stasiun pengisian minyak goreng,” ujarnya.
“Kalau gerakan ini berjalan, jaringan kita bermuhammadiyah yang selama ini belum banyak menyentuh sisi ekonomi, maka, saya ingin memulai dari minyak goreng ini menjadikan market warga Muhammadiyah,” tegas saudagar muda sukses asal Blitar ini.
Menurutnya, kalau gerakan ekonomi Muhammadiyah sudah bisa beli minyak goreng botol atau minyak goreng curah, otomatis omset akan naik. Kalau omset naik, sudah ada kebun sawit plus pabriknya siap ditawarkan agar dibeli Muhammadiyah.
“Kalau gerakan ini terjadi, maka sebetulnya disiapkan dulu pasarnya. Saya hari ini butuh bapak-bapak yang hadir di sini untuk menggerakkan majelisnya. Berapa pun itu jumlah omsetnya yang penting bergerak,” ujarnya.
Prinsipnya, lanjut dia, kita akan bikin jaringan ekonomi termasuk dengan perusahaan asing dan perusahaan non-Muslim. Sebab, merekalah yang menguasai jaringan ekonomi saat ini. Sudah ada kerja sama pembenihan, pertanian, dan peternakan.
“Saya terima kasih pada Jombang sudah ada kerja sama pilot project budidaya ayam 3.000 ekor. Juga Lamongan dan Blitar sudah bikin green house ketepatan ada off taker-nya,” tegasnya.
Kearifan Lokal
Hidayatur Rahman mengatakan Majelis Ekonomi juga ingin gerakan ekonomi sesuai kearifan lokalnya. Selain ada perdagangan minyak, ada gerakan ekonomi sesuai kondisi setempat. Misal di Wuluhan Jember kita bikin trading jagung.
“Khusus jagung, jika daerah bapak-bapak ada pemainnya warga Muhammadiyah, saya akan carikan pasarnya. Di Bojonegoro ada pemain puyuh dan cacing sutra. Kalau gerakan-gerakan ekonomi ini bisa disinergikan,” ungkapnya.
“Saat kurban kemarin orang-orang Muhammadiyah pasti ada yang berdagang ternak, meski kecil-kecilnya. Kalau ini sebuah gerakan termasuk berbudi daya ternak. Sayangnya belum banyak, padahal kita sudah punya pasarnya, warga Muhammadiyah,” tambahnya.
Dia menyampaikan Majelis Ekonomi itu ruangnya sangat lebar sehingga tolok ukurnya juga sangat lebar. Ada perdagangan, ada consumer goods. Termasuk keberhasilan Suryamart Ponorogo jadi rujukan gerakan ekonomi Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
“Kembali ke rencana bisnis minyak goreng, di Lamongan sudah mendapat bantuan dispenser, maka bisnis isi ulang minyak goreng itu bisa ditularkan ke daerah lain karena PWM sudah ada 50 dispenser,” ungkapnya. Majelis Ekonomi tinggal menyiapkan minyaknya. Bisa minyak curah dan minyak DMO (domestic market obligation).
“Kalau kita sudah pegang 8.000 ton DMO itu, berarti target saya tahun ini selesai, karena profitnya sudah bisa nutup semua kegiatan yang digagas PWM Jatim selama setahun,” tutup Hidayatur Rahman. (*)
Penulis Muhammad Syaifudin Zuhri Editor Mohammad Nurfatoni