Rencana Pembangunan Patung Rp 10 Triliun
Mengutip Kompas.com figur Bung Karno hendak diabadikan dengan wujud patung raksasa di kawasan Perkebunan Walini, Kecamatan Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat (KBB). Patung dengan tinggi 100 meter berdiri di atas lahan 1.270 hektare. Lokasi ini tepat di eks proyek Transit Oriented Development (TOD) Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) yang pembangunannya sudah dipastikan batal.
Patung akan dibangun oleh konsorsium Ciputra, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII, dan seniman Nyoman Nuarta. Desain yang beredar menggambarkan patung Bung Karno akan dibuat dalam posisi duduk dengan kepala yang dilengkapi peci menengok ke arah kanan dan di bagian bawah terdapat bangunan dan tumbuhan hijau.
Patung Bung Karno rencananya dilengkapi agrowisa dan sebagainya, panitia pembangunan tengah mengurus beberapa perizinan untuk proyek pembangunan tersebut.
Mengkaji asas manfaat dan mudharat patung raksasa Bung Karno di tempat tersebut lebih mirip serta berfungsi sebagai ‘berhala’ daripada diorama. Berhala adalah patung-patung yang disembah oleh kaum jahiliah kafir Quraisy. Berhala-berhala diberi nama Hubal, Lata, Uza, dan sebagainya diyakini mampu membawa ‘keberkahan’ bagi kaum jahiliah.
“Bung Karno dengan kekuasaannya lebih memilih membangun proyek-proyek mercusuar untuk menjadikan rakyat Indonesia bangga dan Indonesia dihargai bangsa-bangsa lain.”
Apa yang hendak di ingat dengan patung Bung Karno di Ciwalini? Pernah tinggal di sana, pendiri perkebunan atau kerja di sanakah pemimpin kita tersebut.?
Tentang anggaran sebesar Rp 10 triliun ‘cuma’ demi patung Bung Karno, seandainya beliau gila hormat tentu akan membangun sendiri patung dirinya. Siapa yang tidak mengenal Bung Karno dengan ‘kebesarannya’ bergelar Pemimpin Besar Revolusi, Paduka Yang Mulia Presiden Republik Indonesia dan sebagainya.
Bung Karno dengan kekuasaannya lebih memilih membangun proyek-proyek mercusuar untuk menjadikan rakyat Indonesia bangga dan Indonesia dihargai bangsa-bangsa lain. Sebut saja Istora Senayan untuk menyambut Asian Games 1962, Masjid Istiqlal yang megah, Monumen Nasional dan lain-lain.
Membangun patung-patung raksasa ‘rasa’ berhala demi mengagumi pemimpin atau raja sebagai peradaban kuno atau ‘primitif’ sekelas raja-raja Mesir kuno membangun Piramid untuk makamnya dan patung Sphinx menggambarkan para raja. Bangunan-bangunan megah Piramid dan Sphinx warisan sejarah Mesir kuno menjadi objek wisata menarik, bahkan masuk sebagai salah satu keajaiban dunia.
Sementara raja-raja Nusantara pendiri kerajaan besar Sriwijaya, Singasari, Majapahit, Demak, Mataram, dan sebagainya tidak pernah ditemukan patung raksasa mereka. Nama-nama mereka dan rekaan wajahnya hanya bisa dilihat, dibaca dari prasasti-prasasti yang ditemukan. Dengan demikian peradaban raja-raja Nusantara sudah sangat maju dengan membuat tulisan-tulisan berupa prasasti, bukan patung-patung diri para raja serta permaisuri.
Baca sambungan di halaman 2: Lestarikan Warisan Intelektual