Lestarikan Warisan Intelektual
Bung Karno, Bung Hatta, dan tokoh-tokoh bangsa lainnya mewariskan banyak tulisan-tulisan untuk dirawat di dalam ingatan generasi penerus bangsa. Di Surabaya Sukarno remaja telah belajar menulis di koran Oeteoesan Hindia milik Sarekat Islam yang dipimpin Cokroaminoto.
Saat kuliah di Bandung Bung menerbitkan koran “Fikiran Ra’jat” dibantu Ahmad Hasan tokoh Persatuan Islam. Bung Karno antara lain menulis Indonesia Menggugat berisi pleidoi beliau bersama tokoh-tokoh Partai Nasional Indonesia (PNI) yang dituduh makar oleh pemerintah kolonial.
Buku lainnya yang terkenal yaitu Di Bawah Bendera Revolusi untuk membangkitkan semangat revolusi sebagai bangsa yang baru merdeka dari penjajahan ratusan tahun.
“Memasuki usia ke-78 kemerdekaan Republik Indonesia haruskah bangsa Indonesia menjadi bangsa primitif? Yang mengagumi dan menghargai tokoh-tokoh pahlawan hanya dengan patung ‘raksasa’ menyerupai berhala?”
Bung Hatta tidak kalah produktif dalam menulis, artikel dan buku-buku beliau yang terkenal antara lain Indonesie Vrij ditulis sejak 1923 bersama Perhimpunan Indonesia di Belanda. Buku Alam Pikiran Yunani menjadi kado pernikahan bahkan ‘maskawin’ Bung Hatta kepada Ibu Rachmi.
Buku-buku tentang Sukarno dan Mohammad Hatta juga banyak ditulis orang lain seperti Cindy Adams menulis Penyambung Lidah Rakyat dan Deliar Noer menulis Biografi Politik Mohammad Hatta.
Memasuki usia ke-78 kemerdekaan Republik Indonesia haruskah bangsa Indonesia menjadi bangsa primitif? Yang mengagumi dan menghargai tokoh-tokoh pahlawan hanya dengan patung ‘raksasa’ menyerupai berhala. Penting merawat akal sehat menuju bangsa berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan sesuai cita-cita Tri Sakti. Wallahualambishawab. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni