Apa yang Harus Dilakukan?
Ia menekankan kepada PDM agar menyampaikan kepada Majelis Dikdasmen untuk melakukan pendataan dan pemetaan. Serta melakukan evaluasi bersama dengan tolak ukur jumlah siswa dan akreditasi sekolah.
Hidayatulloh menargetkan serta mengupayakan selama lima tahun periode PWM ini, data tersebut bisa berubah dengan realistis ke arah yang lebih baik.
“Ini harus menjadi komitmen kita bersama, dengan berbagai upaya yang nanti kita rancang bersama di tingkat daerah dan tingkat wilayah. Apa yang harus kita lakukan? Pertama, sekolah harus diakui, jika dipimpin oleh orang-orang hebat, insyaallah berubah sekolah itu,” pesan mantan Kepala SMA Muhammadiyah Sidoarjo itu.
Ia melanjutkan, PWM melalui Majelis Dikdasmen, pada tahun 2023 ini akan melangsungkan Diksuspala (Pendidikan Khusus Kepala Sekolah) tiga angkatan. Dengan catatan angkatan ketiga akan difokuskan wilayah Pacitan, Ponorogo, dan sekitarnya.
Hal itu karena banyaknya jumlah sekolah di sana dan tidak sedikit yang sakit. Ia berharap PDM mendorong semua kepala sekolahnya untuk ikut.
Kedua, yang harus dilakukan adalah meningkatkan kualitas guru dan tenaga kependidikan, termasuk di antaranya ihwal honor guru yang tergolong cukup rendah di banyak sekolah.
Merespon hal tersebut, PWM Jatim telah menginisiasi program bakti guru yang didapat dari perolehan zakat fitrah tunai. Hasilnya dikelola di wilayah dan dikembalikan untuk kesejahteraan guru-guru di sekolah Muhammadiyah yang membutuhkan.
Selain itu, ia mendapati potensi yang besar pada penjualan kulit hewan kurban. Jika bisa dikonsolidasikan secara berjamaah harganya bisa mencapai dua kali lipat dibanding kalau dijual langsung.
“Bisa nggak nanti daerah menghimpun, dikoordinasikan oleh Lazismu Wilayah, misalnya, tidak langsung dijual hari itu. Supaya bisa berlipat harganya, semua (nantinya akan) dikembalikan kepada orang yang berhak menerima. Setuju bapak-bapak?” pertanyaan itu langsung disetujui para hadirin.
Di akhir materinya, ia mengatakan bahwa sebenarnya banyak yang bisa dilakukan oleh Persyarikatan alih-alih hanya mengeluh dan tidak mencari upaya dan mencari jalan keluar dari permasalahan yang ada. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni