PWMU.CO – 130 guru Muhammadiyah Ponorogo menerima bantuan program Bakti Guru Muhammadiyah tahap kedua, Selasa (15/8/2023) siang.
Mereka menerima paket bantuan dari Lazismu Jatim. Acara berlangsung di Aula Gedung Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM), Jalan Jawa No 38 Ponorogo, Jatim
Wakil Ketua Lazismu Jatim Bidang Pendistribusian, Aditio Yudono SE menjelaskan, Bakti Guru Muhammadiyah merupakan program inovatif Lazismu Jatim dalam mengolah zakat fitrah dan kurban untuk pemberdayaan masyarakat.
“Program ini diberikan pada keluarga guru sepanjang tahun per dua bulan hingga tahun depan berupa 20 kg beras dan 2 kaleng Rendangmu,” ujarnya.
Dia menjelaskan Bakti Guru Muhammadiyah tahap kedua akan diberikan kepada 652 guru Muhammadiyah di Jawa Timur. Pendistribusiannya dimulai pada bulan Agustus 2023 ini. Diawali di PDM Ponorogo ini.
Hadir dalam kesempatan tersebut jajaran Majelis Dikdasmen dan Lazismu PDM Kabupaten Ponorogo
Turut hadir Wakil Ketua Majelis Dikdasmen Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim Prof Dr Isa Anshori MSi, sedangkan dari Lazismu Jatim Muhammad Masrukh (Sekretaris) dan Aditio Yudono.
Guru Profesi Mulia
Guru yang hadir tidak hanya menerima paket bantuan, tetapi juga mendapatkan pembekalan untuk meningkatkan wawasan kependidikan, yang diberikan oleh Majelis Dikdasmen PWM Jawa Timur.
Acara dimulai dengan sambutan-sambutan, secara berurutan diawali sambutan Ketua Majelis Dikdasmen PDM Kabupaten Ponorogo, Drs Muh Idris Septrianto MPd. Dilanjutkan oleh Muhammad Masrukh. Terakhir, pembekalan wawasan kependidikan oleh Prof Dr Isa Anshori MSi.
Selama satu jam Guru Besar UINSA Surabaya itu memaparkan tentang visi dasar seorang insan pendidik yang sebenar-benarnya.
“Guru itu menurut UU Susdikbas adalah sebuah profesi yang profesional dengan tugas mengajar dan mendidik siswa sebagai upaya pencerdasan kehidupan bangsa. Tugas dan kewajiban berat dalam hal kependidikan memang berada di tangan Guru,” kata Prof Isa Ansori.
Menurutnya profesi guru itu sangat mulia jika dijalankan dengan benar demi masa depan generasi bangsa. Dalam menjalankan tugasnya guru Muhammadiyah harus fokus pada pekerjaan profesinya, tidak memikirkan hal-hal lain yang justru melupakan tugas pokok dan fungsinya (tupoksi).
“Guru Muhammadiyah tidak perlu memikirkan tetek bengek dan pernak-pernik sekolah karena hal itu sudah ada yang mengurus. Sudah dipikirkan oleh Persyarikatan, khususnya Majelis Dikdasmen dan lembaga lainnya termasuk Lazismu, seperti bagaimana meningkatkan tingkat kesejahteraan para guru. Oleh karena itu ada program Bakti Guru Muhammadiyah,” jelas Prof Isa.
Dia menambahkan, tugas seorang guru di spekolah dimulai pagi hari sebelum siswa datang hingga sore hari setelah siswa pulang semua. Guru tidak hanya mengajarkan ilmu kepada peserta didik, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kepribadian diri dan budi pekerti sesuai dengan ajaran agama dan misi Persyarikatan Muhammadiyah.
“Kedisiplinan dan penanaman nilai-nilai seperti itu, jika dilakukan oleh guru secara konsisten maka akan menimbulkan kepuasan bagi orang tua, yang menitipkan pendidikan putra putrinya ke sekolah Muhammadiyah.
“Prestasi akan tumbuh dalam kondisi dengan tingkat kedisiplinan yang tinggi. Jika kondisi tersebut dipelihara dan dirawat secara fokus dan terus menerus, maka bukan tidak mungkin akan orang tua dan wali berbondong-bondong menjatuhkan pilihannya ke pendidikan Muhammadiyah,” jelas Prof Isa.
Usai sesi pembekalan, semua guru yang terdata dan hadir pada acara tersebut bergegas menuju ke kantor Lazismu Ponorogo yang satu komplek dengan gedung PDM Ponorogo, untuk mengambil paket bantuan.
Semua guru yang terdaftar program Bakti Guru Muhammadiyah tahap kedua tersebut, tampak senang dan gembira menerima paket bantuan dari Lazismu Jatim. (*)
Penulis Muhammad Syaifudin Zuhri Editor Mohammad Nurfatoni