Bukan Hanya Produksi Tusuk Sate
Ternyata memproduksi tusuk sate bukan satu-satunya pekerjaan pasutri itu. Sulam dan Suparmi juga menekuni usaha penggilingan ubi garut menjadi tepung.
“Dari tepung garut ini saya bikin jadi kerupuk garut dan jenang garut. Usaha ini sudah saya lakukan sejak tahun 2015,” kata dia. Produk kerupuk garut dia pasarkan di sekitar Madiun dan dia jual dengan harga Rp 32 ribu per kilogramnya.
Berdayanya Sulam dan Suparmi tak lepas dari upaya pemberdayaan masyarakat oleh alumnus Universitas Muhammadiyah Madiun (Ummad) Nur Wasis dan Ummad. Program pemberdayaan sudah terlaksana sejak 2018 dengan mengajak empat warga difabel. Dalam perjalanannya, hanya Sulam dan Suparmi yang sukses bertahan.
Selain memberdayakan difabel dalam berwirausaha, Nur Wasis juga mencarikan pinjaman lunak dari PT Telkom Madiun, bahkan dapat berjalan hingga kini. “Sejak tahun 2019 Pak Sulam mendapat pinjaman lunak dari PT Telkom Madiun,” ujar Nur Wasis.
Nur Wasis mengungkap, masih banyak warga difabel yang belum mendapat sentuhan program pemberdayaan masyakarat. “Kondisi mereka membutuhkan perhatian pihak pendidikan tinggi maupun pemerintah,” imbuhnya. (*)
Penulis Riska Yulia dan Windy Retnosari Editor Mohammad Nurfatoni/SN