PWMU.CO – Pawai Budaya Pelajar untuk Iklim diikuti ribuan siswa di Medan. Acara ini diinisiasi oleh Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) dan My Green Leaders, Jumat (18/8/2023).
Perjalanan jarak jauh ini dimulai dari lapangan Asrama Haji Medan dan melewati jalan Trans-Sumatera. Ketua Bidang Lingkungan Hidup Pimpinan Pusat IPM Kholida Annisa mengungkap, selain untuk melestarikan kebudayaan lokal, pawai bertujuan untuk mengedukasi seluruh pengguna jalan tentang keadaan bumi yang sudah termasuk krisis iklim.
Dengan membawa aneka poster, mereka menyerukan aksi perubahan cepat demi iklim yang lebih baik. Pada poster mereka ada slogan seperti ‘Pelajar Indonesia Menjaga Bumi dan Menyelamatkan Lingkungan ’, ‘Dorong Pemimpin Pro-Iklim’, ‘Bumi adalah Rumah Ibadah Kita ’, ‘Melindungi bumi adalah Sebagian dari Iman ’, dan lain sebagainya.
“Para pelajar juga mendorong pemerintah untuk memperhatikan masalah iklim yang menjadi tanggung jawab bersama dan mengajak semua pelajar lainnya untuk turut aktif dalam menyeimbangkan lingkungan,” ungkap Kholida yang juga Inisiator My Green Leaders dan Koordinator Aksi Pelajar ini.
My Green Leaders ialah komunitas yang digagas IPM sekaligus inisiator Pawai Budaya Pelajar. Inilah gerakan pemuda yang berkomitmen untuk memperjuangkan keadilan sosial-ekologis di Indonesia. Bagi My Green Leaders, isu lingkungan hidup tidak dapat dipisahkan dari isu sosial dan kedua isu ini harus menjadi prioritas dalam pemilihan umum 2024.
Pelajar Pemilik Bangsa di Masa Depan
IPM melalui My Green Leader juga mendukung aksi Faiths for Climate Change, kampanye tahunan dari Green Faith seluruh dunia. Green Faith International Network merupakan jaringan global multi-agama untuk perlindungan lingkungan hidup dan penanggulangan krisis iklim.
Harapannya, mempercepat pertumbuhan dan pengaruh gerakan yang berbasis ajaran-ajaran agama terhadap isu lingkungan hidup dan perubahan iklim. Jaringan Green Faith sudah tersebar di 14 negara, termasuk Indonesia, berfokus mengembangkan kepemimpinan di akar rumput, membangun kekuatan warga, dan mengampanyekan aksi nyata terhadap krisis iklim yang adil dan berbelas kasih.
National Coordinator Green Faith Indonesia Hening Parlan menegaskan, pelajar perlu peduli terhadap krisis iklim karena para pelajar ialah pemilik bangsa di masa depan. “Mereka yang saat ini ada di Sekolah Menengah Atas (SMA) atau di Universitas adalah generasi yang nantinya akan menjadi pemimpin-pemimpin di masa depan!” ujarnya.
Hening berharap, pelajar tahu bagaimana situasi lingkungan saat ini dan kondisi Indonesia yang sesungguhnya. Termasuk juga sejarah mengapa Indonesia dibangun hingga saat ini berusia 78 tahun.
“Kita mendorong mereka bukan hanya mereka bertindak untuk kritis terhadap apa yang terjadi, tapi mereka juga aware (sadar) dan kemudian mereka paham, kemudian mereka tahu apa yang harus mereka lakukan,” imbuhnya.
Direktur Eco Bhinneka Muhammadiyah ini meyakini, para pelajar di masa depan yang telah paham dan peduli terhadap krisis iklim akan terus peduli pada tempat-tempat di mana mereka berkontribusi. “Misalnya jika mereka ingin jadi pengusaha, maka mereka akan jadi pengusaha yang green,” tuturnya.
“Kalau mereka mengetahui bagaimana sumberdaya alam dengan luas dan ini harus dijaga, maka mereka akan mengerti bahwa tidak seharusnya seseorang yang melakukan investasi akan melakukan pengerukan terhadap sumber daya alam,” imbuhnya.
Peran Memilih Pemimpin di Masa Depan
Hening mendorong pelajar agar bisa menggunakan kemampuan mereka untuk berinteraksi dan berkomunikasi di era digital ini. Misalnya menggunakan media sosial untuk menyuarakan suara anak muda sehingga mereka bisa didengar.
Hal ini juga bisa memantik pelajar bersungguh-sungguh untuk belajar lebih banyak tentang isu-isu perubahan iklim. “Ini menjadi langkah awal, terutama pada saat kita akan menghadapi Pemilu. Maka para pelajar ini bisa memulai dengan bagaimana mereka memilih pemimpin yang mempunyai perspektif lingkungan,” tutur Hening.
Hening berharap ada pelajar nantinya maju ke parlemen sehingga mereka bisa memberikan informasi tentang krisis iklim serta bagaimana antisipasinya.
Koordinator Dompet Dhuafa Volunteer Sumatera Utara Ahmad Luthfi Hasibuan menegaskan pentingnya keterlibatan berbagai pihak dalam mengatasi krisis iklim. “Kami para relawan dari Dompet Dhuafa Volunteer menyadari bahwa krisis iklim adalah tanggung jawab bersama,” ujarnya.
Karena itulah pihaknya menyerukan ajakan kepada para pemuda Indonesia agar lebih peduli terhadap permasalahan lingkungan yang saat ini ada di sekitar. “Khususnya tumpukan sampah yang sudah banyak mencemari bumi. Karena urusan bumi bukan hanya tentang aku atau kamu saja tapi ini tentang kita yang harus sama-sama merawat dan memeliharanya,” ujar Ahmad. (*)
Penulis Viradyah Lulut Santosa Editor Mohammad Nurfatoni