PWMU.CO – Jaga kualitas sekolah Muhammadiyah tanpa iming-iming gratis, hal tersebut disampaikan saat sharing session oleh Madtsamuda.
MTs Muhammadiyah 2 Pondok Karangasem Paciran (Madtsamuda) adakan sharing session program marketing sekolah, Ahad (13/08/2023).
Kegiatan digelar di ruang kelas 7 ITCP Madtsamuda, dihadiri beberapa perwakilan kepala sekolah jenjang SD/MI dan SMP/MTs di wilayah Kabupaten Lamongan. Sharing session mengusung tema inspiratif “Lembaga Pendidikan Muhammadiyah Beriringan Menuju Masa Depan: Kolaborasi dan Inovasi dalam Pengembangan Program Pendidikan.”
Ketua Majelis Dikdasmen PDM Lamongan M Said MPd menyampaikan, kegiatan ini bertujuan untuk membangun citra positif dan meningkatkan daya tarik, serta mengkomunikasikan nilai-nilai serta keunggulan yang dimiliki oleh sekolah.
Dia kemudian memberi pesan kepada peserta sharing session, Lembaga Pendidikan Muhammadiyah di Lamongan harus siap untuk maju bersama dan saling bersinergi. “Adalah suatu hal yang semestinya bagi Lembaga Pendidikan Muhammadiyah di bawah naungan Dikdasmen PDM Lamongan untuk selalu menjalin sinergi guna saling mendorong kemajuan,” ujarnya.
Kita, sambungnya, harus menghindari ketidakseimbangan dan persaingan yang tidak sehat. “Keberhasilan pendidikan Muhammadiyah di Lamongan ke depannya sangat bergantung pada sejauh mana kolaborasi yang kokoh di antara lembaga-lembaga ini,” pesannya.
Bukan Menghafal Tokoh Muhammadiyah
Sementara sebagai pemantik sharing session, Drs H Luthfi MPd, Wakil Ketua Majelis Dikdasmen PDM Lamongan mengemukakan prinsip mendasar terkait pondasi Pendidikan Kemuhammadiyahan. “Pendidikan Kemuhammadiyahan tidak semata-mata berkutat pada menghafal tokoh-tokoh Muhammadiyah. Melainkan, ia perlu diperkaya dengan esensi nilai-nilai ideologi Muhammadiyah yang mencakup seluruh aspek, dan harus benar-benar tertanam pada semua jenjang pendidikan, terutama di sekolah dasar,” tegasnya.
Dia melanjutkan, bukti dari hasil pendidikan Kemuhammadiyahan yang terukur, yaitu para kader Muhammadiyah diharapkan dapat menjaga kesetiaan terhadap semangat ber-Muhammadiyah. “Di manapun tempat mereka berada,” paparnya.
Kepala Madtsamuda Millazul Faida MPd menjadi salah satu pembicara utama dalam sharing session ini. Milla memulai sesi tersebut dengan berbagi pengalaman, ide, dan praktik terbaik mengenai pelaksanaan program-program unggulan sekolah yang telah terbukti berhasil diimplementasikan di lembaga Madtsamuda.
“Perkembangan pendidikan di Madtsamuda tidak terjadi dengan sekejap mata. Semua dimulai dari mimpi-mimpi dan berbagai macam ikhtiar. Salah satunya adalah dengan mengadakan program-program kelas unggulan, serta membangun relasi erat dengan lembaga-lembaga yang memiliki pengaruh signifikan dalam dunia pendidikan,” ungkapnya.
Empat Larangan
Sejalan dengan itu Azhar Agus Salim SPdI, Waka Kesiswaan Madtsamuda memaparkan prinsip dasar rekrutmen calon peserta didik baru yang dilaksanakan oleh Madtsamuda. Agus menjelaskan tentang larangan keras bagi tim marketing Madtsamuda untuk menjual dan memasarkan sekolah dengan iming-iming kalimat gratis.
“Tindakan memberikan iming-iming sekolah gratis dapat memiliki dampak negatif terhadap kualitas pendidikan dan citra sekolah secara keseluruhan. Oleh karena itu, penting untuk memahami alasan di balik larangan ini,” ungkapnya.
Pertama, Integritas Pendidikan. Pendidikan adalah proses serius yang harus dijalani dengan komitmen dan dedikasi. Memberikan iming-iming sekolah gratis bisa merendahkan nilai pendidikan dan mengurangi penghargaan terhadap pendidikan sebagai suatu upaya yang bernilai.
Kedua, kualitas pendidikan. Pendidikan berkualitas memerlukan sumber daya, termasuk tenaga pendidik berkualifikasi dan fasilitas yang memadai. Dalam beberapa kasus, iming-iming sekolah gratis dapat mengarah pada penurunan kualitas pendidikan karena kurangnya sumber daya yang diperlukan untuk memberikan pengalaman belajar yang baik.
Ketiga, keadilan dan kesetaraan. Memberikan sekolah gratis kepada sebagian siswa bisa menciptakan ketidaksetaraan di antara siswa-siswa yang lain. Hal ini dapat mengabaikan hak semua siswa untuk mendapatkan pendidikan yang setara dan berkualitas.
Keempat, Citra Sekolah. Tindakan memberikan iming-iming sekolah gratis dapat merusak citra sekolah sebagai lembaga pendidikan yang serius dan bertanggung jawab. Sekolah harus dianggap sebagai tempat yang memberikan pendidikan berkualitas dan bukan sebagai ajang promosi yang meragukan.
Oleh karena itu, lanjut Agus, menghindari memberikan iming-iming sekolah gratis adalah langkah penting dalam menjaga kualitas dan integritas pendidikan. “Sebagai gantinya, sekolah sebaiknya fokus pada menyediakan pendidikan berkualitas dan berupaya menjalin hubungan yang jujur dan transparan dengan calon siswa dan orangtua,” terangnya. (*)
Penulis Nahlul Khasyiid. Editor Darul Setiawan.