3. Puasa Ramadan 17 Jam
Saat bulan Ramadhan, ia juga bisa menjalankan ibadah puasa dengan lancar. “Alhamdulillah host family saya sangat pengertian,” kenangnya. “Mereka menyiapkan dan menemani saya saat sahur dan buka.”
Puasa Ramadhan di negara Belgia sangat berat dibandingkan di Indonesia karena harus 17 jam berpuasa. Ketika berbuka menunggu sebentar sudah langsung makan sahur.
“Saya sangat bersyukur mempunyai host family yang baik, sudah saya anggap sebagai keluarga sendiri, urainya.
4. Pengalaman Tak Terlupakan
Banyak hal yang tak terlupakan dilakukan bersama keluarga Bernard. Sepakan sekali putri pasangan Susilo Pambudi dan Martah Kurnia Kusumawardani ini mendapat tugas memasak jika tidak ada tugas atau kesibukan sari sekolah.
“Saya masak nasi goreng, pecel dan beberapa masakan Belgia, tentunya juga didampingi,” ujanrya. Selain itu saat Lebaran mereka juga membuat kue kastengel bersama.
Ia juga mempunyai pengetahuan dan pengalaman baru terkait even tahunan seperti Chirstmas dan Easter. Ia juga berkesempatan melihat carnaval di berbagai kota di Belgia selama 1-2 pekan.
Selain itu ia juga diajak jalan-jalan ke negara lain hingga Paris dan Prague.
Sebelum kembali ke Tanah Air, ia mendapat penghargaan gelar diploma dari Pemerintah Belgia karena sudah berpartisipasi aktif selama menjadi inbound student di Belgia.
Dari pengalaman belajar di Belgia ini ia bisa mendapatkan banyak hal di antara kemampuan bahasa Inggris yang terasah, kemandirian, menjadi Muslimah sejati yang tahan banting, teman mancanegara, kultur dan kebiasaan baik orang orang di sana.
Juga mampu mengadaptasikan diri di segala situasi, menghormati perbedaan yang ada, mencari solusi dengan cepat. “Itulah beberapa hal yang saya alami sendiri, dan akan saya jadikan pelajaran untuk kehidupan saya ke depan,” ujarnya. (*)
Penulis Tanti Puspitorini dan Shofia Annyunari Editor Mohammad Nurfatoni