Makam WR Soepratman pada 17 Agustus

Makam WR Soepratman
Antea Putri Turk menyanyikan Indonesia Raya di Makam WR Soepratman. (Andi/PWMU.CO)

Makam WR Soepratman pada 17 Agustus oleh Andi Hariyadi, Ketua Majelis Pustaka Informasi dan Digitalisasi PDM Kota Surabaya. 

PWMU.CO – Makam WR Soepratman di pinggir Tambak Segaran Rangkah Surabaya tampak ramai pada Kamis (17/8/2023).

Berbagai komunitas serta keluarga besar WR Soepratman hadir mengikuti upacara Kemerdekaan RI dan tabur bunga di makam WR Soepratman, sosok pencipta lagu Indonesia Raya.

Suasana upacara penuh khidmat seakan terasa terbawa suasana bagaimana WR Soepratman menyusun dan menampilkan karya yang monumental dan menginspirasi perjuangan bangsa.

Lantunan suara merdu dan gesekan biola yang dibawakan Antea Putri Turk, cicit buyut dari kakak WR Soepratman bernama Ngadini membuat suasana seperti hening. Dia adik Andrea Putri Turk yang juga berbakat musik. Andrea kini kuliah di Amerika Serikat.

Andrea dengan suara merdunya menyanyikan lagu Indonesia Raya karya kakek buyutnya WR Soepratman dengan menjiwai.

Pada bait syair bangunlah jiwanya, bangunlah badannya untuk Indonesia Raya terasa begitu menggetarkan jiwa orang yang mendengarnya.

Setelah itu dia menyanyi lagu Indonesia Hai Ibuku juga gubahan WR Soepratman. Lagu ini tidak populer. Karena keterbatasan data sejarah sehingga melodi dan aransemen merupakan hasil karya Antea.

Bakat musik gadis yang duduk di bangku kelas 3 SMP itu memukau undangan yang mendengarkan suara dan gesekan biolanya.

Lagu ketiga karya WR Soepratman yang dinyanyikan berjudul Selamat Tinggal. Antea sambil bernyanyi juga memainkan biola menambah kesyahduan. Lagu ini dicipta WR Soepratman saat terbaring sakit di rumah.

Kertas tulisan lagu itu terletak di atas bantalnya. Beberapa hari kemudian pada 17 Agustus 1938 WR Soepratman meninggal dunia, tujuh tahun sebelum Indonesia merdeka.

Sebelumnya sakit, dia sempat ditahan Pemerintah Hindia Belanda di Penjara Kalisosok karena lagunya  berjudul Matahari Terbit. Lagu itu dipersepsi Belanda kalau WR Soepratman mendukung Jepang.

Belanda tidak ingin rakyat bergolak melawan pemerintah. Maka dia ditahan. Pada 17 Agustus tahun ini, tepat 86 tahun yang lalu WR Soepratman sudah meninggalkan kita. Namanya tetap harum dan perjuangannya selalu dikenang anak bangsa. Apalagi ketika terdengar lagu Indonesia Raya.

Editor Sugeng Purwanto

Exit mobile version