PWMU.CO – SDMM mendampingi MI Muhammadiyah 3 Doudo dan MI Muhammadiyah 2 Campurejo Panceng menguatkan implementasi Kurikulum Merdeka, Jumat (11/8/2023).
Sejumlah 23 peserta pelatihan dari dua madrasah tersebut turut serta dan aktif mengikuti penguatan hingga sore hari. Koordinator Kurikulum SDMM Athiq Amiliyah SPd mengatakan, pendampingan ini sebagai salah satu realisasi kerja sama SDMM dengan MIM 3 Doudo Panceng. “Karena dalam waktu bersamaan kami mendapat permintaan dari MIM 2 Campurejo, jadi ya digabung saja di MIM 3 Doudo,” ujarnya.
Athiq Amiliyah hadir bersama Humas SDMM Rudi Purnawan MPd menyampaikan penguatan Kurikulum Merdeka terkait intrakurikuler dan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Athiq memulai materi dengan pemahaman capaian pembelajaran tiap mata pelajaran.
Lalu peserta diminta mencoba meme dah capaian pembelajaran salah satu mata pelajaran sesuai dengan kompetensi dan kontennya. “Ini supaya para guru mudah menyusun tujuan pembelajaran dari capaian pembelajaran. Jadi tidak ada capaian yang tertinggal atau terlewat,” ujar Athiq.
Selanjutnya, peserta membuat alur tujuan pembelajaran. Selama dua jam, peserta diberikan kesempatan untuk membuat tujuan pembelajaran dan alur tujuan pembelajaran Fase A dan Fase B pada pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika. Setelah sesi diskusi masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja pembuatan tujuan pembelajaran.
Guru kelas I MIM 3 Doudo Umaisaroh SPdI mempresentasikan tujuan pembelajaran yang telah dibuat dengan tim kerjanya di Fase A, serta refleksi bersama peserta dan pemateri. Tak mau kalah, guru MIM 2 Campurejo Nurkhan pun mempersentasikan tujuan pembelajaran yang dibuat.
Ternyata, dalam penentuan tujuan pembelajaran, kedua madrasah ini punya sudut pandang berbeda. “Artinya di sini jelas terbukti pemerintah memberikan kemerdekaan dari masing-masing satuan lembaga pendidikan dalam penentuan tujuan pembelajaran dan merancang pembelajarannya sendiri,” ujar Athiq.
Guru Penggerak Angkatan 6 ini kemudian menjelaskan konsep pembuatan alur P5. agar terhindar dari miskonsepsi. “Kegiatan P5 tidak sekadar pembuatan produk, misalnya jamu atau makanan namun perlu ada proses yang didesain agar penyakit dari peserta didik teratasi,” ungkap Athiq.
Tak hanya itu, Athiq juga mengarahkan penentuan model dari pelaksanaan P5. Athiq menjelaskan cara pembagian jadwal P5 utnuk tiap model pilihan. Karena keterbatasan waktu, pembuatan konsep alur P5 akan dilanjutkan pada pertemuan berikutnya di bulan September. (*)
Kontributor Rudi Purnawan. Editor Ria Pusvita Sari.
Informasi inden/titip nama https://docs.google.com/forms/d/e/1FAIpQLSdOgmfg-pOt2QEMHIImTgyGNFbNPGOf6IsF0q7qHOXUbuA75w/viewform?usp=sharing