PWMU.CO – Evoting Muktamar Ke-23 IPM gunakan alat canggih. Hal ini diungkap Panitia Pemilihan Pusat (Panlihpus), Ahad (20/8/2023).
Ketua Panlihpus Anggitya Nareswari menjelaskan, sistem electronic voting (evoting) merupakan sistem yang memanfaatkan perangkat elektronik untuk mengolah informasi seperti surat suara. Evote bisa menghitung, mengirimkan, dan menayangkan hasil perolehan suara sehingga memudahkan dalam memproses hasil pemilihan 1185 daftar pemilih tetap (DPT).
Kata Anggitya, sistem ini punya berbagai keuntungan. Seperti paperless, meminimalisir kecurangan, real time result, serta terdapat sistem anti-hack. “Dari sistem ini, tidak ada satu pun orang yang tahu siapa memilih siapa, baik Panlih, Tim IT, maupun developer. Sebab data telah dienkripsi berlapis untuk menjaga kerahasiaannya,” paparnya.
Sebab, lanjut Anggitya, QR card dibagikan kepada muktamirin sebagai alat pemilihan yang acak. “Tidak ada sistem penomoran maupun identitas, bahkan tidak dapat sekalipun dilacak barcode pemilih yang digunakan adalah kepunyaan siapa. Berkaitan dengan prosesnya pun cukup mudah, sebab setiap pemilih kurang lebih hanya akan menghabiskan waktu 1-2 menit saja,” imbuhnya.
Dia juga menegaskan, kecurangan tukar kepala tidak mungkin terjadi dalam proses pemilihannya. Sebab, sebelum DPT masuk ke bilik pemilihan, tim Kesekretariatan (KSK) sudah melakukan verifikasi.
“Panlih hanya menerima hasil verifikasi dari tim KSK melalui ID card yang bisa mengetahui kepesertaan pemilih dan kesesuaian foto yang diperkuat dengan Kartu Tanda Anggota (KTA),” jelas Anggitya.
Bahkan, sambungnya, ketika DPT lagi sakit sampai tidak bisa bangun, maka hak suaranya hangus. “Karena memang tidak bisa diwakilkan,” tegasnya.
Panlihpus juga mengaku, evote ini bukan kali pertama. Sebab sejak Muktamar sebelumnya juga menggunakan e-vote.
Bedanya dari sistem sebelumnya, saksi bisa memantau grafik naik turunnya suara sehingga bisa berpotensi kebocoran sebelum pengumuman.
“Kali ini hanya bisa melihat berapa jumlah suara yang masuk tanpa tahu berapa hasil suara sementara tiap formatur. Jadi itu sangat terbuka. Kemudian ketika suara sudah masuk semua, 15 menit kemudian akan generate akumulasi hasil suara masing-masing formatur,” jelasnya.
Anggitya dan timnya berharap, “Semoga dengan keketatan sistem, bisa meminimalisir permasalahan yang terjadi. Semoga panitia muktamar selanjutnya bisa memanfaatkan teknologi ini lagi dan ada kebaruan inovasi yang lebih canggih lagi.” (*)
Penulis Viradyah Lulut Santosa Editor Mohammad Nurfatoni/SN