PWMU.CO – Cerita di balik sukses yang dialami oleh salah satu peserta lomba dolanan anak dari TK Aisyiyah Bustanul Athfal 41 Menganti Gresik Jawa Timur.
Beberapa waktu lalu, Ikatan Guru Bustanul Athfal (IGABA) Kabupaten Gresik berhasil menorehkan prestasi di ajang Pekan Olahraga dan Seni (Porseni) Tingkat Nasional, salah satunya adalah juara harapan I lomba tari dolanan anak.
Prestasi lomba tari dolanan anak ini merupakan perjuangan panjang yang dilalui oleh personil setelah sebelumnya berhasil membopong piala juara tingkat Provinsi Jawa Timur.
Nofia Firdawati SPd adalah satu dari sepuluh anggota yang tergabung dalam tim tari dolanan anak. Tidak pernah terbersit dalam impian Opi, sapaan akrabnya, untuk menginjakkan kaki di Jakarta.
“Berat rasanya meninggalkan ibu yang sedang sakit di rumah, tapi demi membawa nama IGABA Kabupaten Gresik saya harus berangkat,” ungkapnya kepada di sela-sela latihan yang menguras tenaga.
Sudah satu tahun lebih dia merawat ibunda tercinta yang tergolek lemah karena sakit stroke. Setiap hari harus berpacu dengan waktu karena harus membaginya dengan mengajar di sekolah.
Di sela-sela mengajar, dia selalu menyempatkan waktunya pulang sebentar untuk merawat ibunya kemudian kembali ke sekolah. Beberapa hari sebelum keberangkatan ke Jakarta, sang ibu harus dilarikan ke RS karena drop dan harus transfusi darah.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh Opi dan keluarga agar sang ibu bisa pulih kembali. “Alhamdulillah Ibu sudah boleh pulang,” ungkapnya sehari sebelum keberangkatan.
Dengan berbekal restu dari ibunda, akhirnya Opi bisa berangkat ke Jakarta bersama dengan rekan-rekan satu timnya. Sabtu (12/8/2023) selepas tampil, Opi mendapat kabar sang ibu harus segera di larikan ke Rumah Sakit terdekat karena mengalami pendarahan hebat. Dia pun harus segera pulang kembali meskipun acara belum selesai digelar.
Dengan bantuan ibu-ibu pengurus IGABA Kabupaten Gresik yang ikut mendampingi selama kegiatan Porseni, Opi bisa mendapatkan tiket ke Surabaya pada malam hari dan dijadwalkan sampai di Stasiun Surabaya Pasar Turi tepat waktu subuh.
Salah Naik Kereta Api
Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Mungkin itu yang dialami oleh Opi pada saat harus pulang dari Jakarta sendiri tanpa ada teman yang menemaninya.
Karena dia tidak pernah sekalipun bepergian sendirian apalagi dengan menaiki kendaraan umum. Tiket yang sudah dibeli adalah tiket Kereta Argobromo, namun kereta api yang dia naiki adalah Kereta Sembrani.
Meskipun jurusan yang dituju sama, namun karena kereta api yang dia naiki tidak sesuai, akhirnya dia harus diturunkan di stasiun terdekat. “Saya harus turun di Stasiun Cirebon karena kereta yang saya naiki salah,” kisahnya.
Beruntung kereta yang saya naiki tujuannya sama-sama ke Surabaya, sambungnya, jadi saya tetap bisa sampai di Surabaya meskipun harus turun dulu.
Sesampai di Surabaya, Opi melanjutkan perjalanan menuju ke RS tempat ibunya dirawat setelah sebelumnya dia membawakan bubur untuk ibunda tercinta.
Kabar kemenangan Opi bersama tim hanya didapat dari pesan WAG saat dia sedang menemani sang ibu di kamar perawatan. Satu pekan dirawat di RS, akhirnya sang ibu diperbolehkan pulang karena keadaan sudah membaik.
Pada Sabtu (19/8/2023) para juara mendapatkan undangan khusus dari Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kabupaten Gresik untuk mendapatkan penghargaan. “Alhamdulillah ibu sudah membaik, semoga ibu bisa kembali pulih seperti sedia kala,” harapnya di sela-sela kehadirannya di Gedung Dakwah Muhammadiyah (GDM) Gresik.
Kehilangan Ibu
Selang dua hari kemudian, tepatnya Senin (21/8/2023) pukul 05.00 WIB, dilihatnya sang ibu masih terpejam. Melihat sang ibu yang masih tertidur pulas, Opi pergi mandi sebentar.
Tak sampai lima belas menit dia kembali ke kamar dilihatnya ibu seperti ada yang aneh. “Bibir ibu pucat, napasnya sudah tidak ada,” ungkapnya sambil terisak.
Masih tidak percaya, dia segera memberitahu kakak iparnya dan meminta bantuan bidan terdekat untuk memastikan kondisi sang ibu. “Ternyata ibu sudah tidak ada,” ucapnya.
Sebetulnya sudah dari beberapa waktu yang lalu sudah terasa seperti akan ditinggal ibu, tapi selalu dia menepis perasaan itu. “Semoga ibu husnul khotimah dan mudah-mudahan ini menjadi jalan yang berbaik untuk ibu,” tambahnya diakhir pembicaraan. (*)
Penulis Nadhirotul Mawaddah. Editor Ichwan Arif.