Manhaj Aisyah
Pertanyaan datang dari Karman La Nani dari Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Maluku Utara, pada pukul 21.00 WIB. “Bagaimana perilaku Aisyah RA dalam membina anak-anaknya?” tanya dia melalui kolom komentar.
Nahla menerangkan, dari pernikahannya dengan Rasulullah, Aisyah tidak punya anak tapi dalam kita mendidik anak, bisa mengambil contoh yang diberikan Aisyah. Yakni bagaimana mengajarkan sabar.
“Anak itu sebagaimana apa yang orang tua tanamkan padanya. Jangan mendidik anaknya menunggu anak besar. Dalam mendidik anak, butuh ikhlas dan sabar. Ini tampak sederhana. Tapi ketika kita konsisten, ini akan menghasilkan pendidikan yang baik. Sebab ibu madrasah utama anak,” terangnya.
Kemudian peserta lainnya, Safaryayah, bertanya, “Mengapa Syiah membenci Aisyah?”
Nahla menegaskan, kisah Aisyah itu kisah yang besar sehingga butuh dikaji lebih dalam. “Untuk mengambil manfaat dari kisah ini, kita perlu mempelajari sejarah Aisyah dengan lebih detil, mendalam. Bukan hanya dengan mempelajarinya biasa. Misal, kita baca seluruh haditsyang menerangkan sifat-sifat mulia Aisyah,” terangnya.
Dia lalu memaparkan manhaj Aisyah. Pertama, konsistensi dalam beribadah atau berbuat. Seperti shalat, puasa, dan zakat yang selalu konsisten walau kecil. “Perempuan membiasakan istikamah dengan amal baik meski sedikit,” tuturnya.
Maksudnya, bukan hanya penting memperbanyak ibadah wajib dan sunah, tapi yang penting istikamah meski sedikit. Bukan melakukan banyak tapi hanya sekali.
Kedua, berpengetahuan yang luas. “Ini yang perlu kita praktikkan di kehidupan sehari-hari. Termasuk bagaimana bersabar dan zuhud,” imbuhnya.
Ketiga, Aisyah memiliki malu. “Perempuan tanpa punya malu, ia tidak berharga,” terangnya.
Sebagai penutup, Ketua Poros Dunia Wasathiyat Islam Prof Din Syamsuddin mengajak refleksi, apa saja yang bisa diteladani oleh perempuan saat ini. “Ini kisah yang sangat luas dan baik. Maka perempuan Muslim saat ini harus tahu betapa bagus kisah perjuangan hidup Aisyah yang sangat tekun menuntut ilmu dan lainnya,” ujarnya.
Prof Din menegaskan, maka organisasi Aisyiyah seharusnya berusaha melakukan apa yang dilakukan Aisyah, Kamis (17/8/2023). (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni