PWMU.CO – Alami kecelakaan, tak menyurutkan guru TK Aisyiyah 36 Perumahan Pongangan Indah (PPI) Gresik Jawa Timur Aini Vitanofa SPd meraih prestasi di ajang Pekan Olah Raga dan Seni (Porseni) Guru di Hotel Mercure Ancol Jakarta, Jumat-Sabtu (11-12/8/2023).
Dalam lomba yang diadakan Pimpinan Pusat Ikatan Guru Aisyiyah Bustanul Athfal (IGABA) ini, Nofa sapaan akrabnya bersama dengan tim lomba permainan anak ciptaan guru berhasil meraih juara Harapan I.
Kepada PWMU.CO, Senin (21/8/2023), dia menceritakan pengalaman even nasional perdana yang baru diikuti. Dalam lomba yang diikuti 20 provinsi, dia bersama 9 rekannya di hari pertama saat acara pembukaan, harus menampilkan kebolehannya dalam menyanyi sambil membawa alat musik dari daerah masing-masing, termasuk Jawa Timur.
“Hari kedua, barulah lomba Porseni dimulai. Berbagai macam lomba, mulai dari Lomba Gerak dan Lagu, Permainan Anak Ciptaan Guru, MTQ, Senam dengan Alat, Alat Peraga Edukatif, dan masih banyak lainnya,” katanya.
Sebelum lomba, lanjutnya, dia bersama timnya menyurvai tempat yang akan ditempati untuk lomba. Tempat yang dipakai untuk lomba ternyata di luar dugaannya. “Tidak di tempat tertutup seperti waktu latihan di Gresik, tetapi tempat yang terbuka,” ceritanya.
Dia menuturkan, benar area di dalam gedung tetapi tidak ada pintu atau pembatas yang menutupi. Lantas dia berpikir, bersama dengan rekan timnya harus benar-benar bisa menguasai situasi dan kondisi saat lomba berlangsung.
“Harus benar-benar bisa mengeluarkan suara dengan lantang supaya bisa terdengar baik oleh juri maupun penonton yang menyaksikan,” jelasnya.
Kejadian Menegangkan
Kejadian menegangkan pun terjadi saat hari H. Dia menyampaikan, Lomba Permainan Anak Ciptaan Guru akan dilaksanakan pukul 08.00 WIB ternyata diubah.
“Jadwanya mundur setelah dhuhur karena tempat akan dipakai terlebih dahulu oleh peserta Lomba Senam dengan Alat,” katanya,
Nofa dan teman-temannya pun agak santai mempersiapkan diri, mulai dari memakai make up di salah satu kamar temannya dan persiapan lainnya. Namun, ketika semuanya masih banyak yang belum selesai, mereka mendapat informasi kalau lombanya didahulukan pagi itu juga.
“Jadwal kembali seperti semula,” ceritanya, tegang.
Meski sempat panik, dia dan timnya berusaha untuk tenang. Nomor urut timnya untuk tampil adalah nomor 4, saat menuju tempat lomba, tim nomor 1 sudah tampil. Lagi-lagi Nofa dan temannya berusaha untuk tenang dan tentunya berdoa. Ketika tiba giliran dipanggil, dia dan timnya dengan semangat dan penuh percaya diri bersiap tampil di depan juri dan penonton.
Lomba yang diikuti Nofa, 1 tim beranggotakan 10 orang. Dalam lomba tersebut, dia dan teman-temannya harus berperan sebagai anak-anak yang sedang bermain bersama sambil bernyanyi.
“Permainan mereka berjudul Balendang (bal dan selendang),” ujarnya.
Teknisnya, pertama ada mengajak main jumpritan, tetapi yang lainnya tidak mau karena merasa bosan dari kemarin bermain itu terus. Setelah itu ada yang mengusulkan bermain bak bunder, yang kalah berusaha menangkap yang ada di dalam bak bunder tadi.
Ketika anak kedua yang tertangkap, anak itu marah dan ngambek. Dia merasa bahwa ditangkap itu karena memang sudah diincar. Akhirnya mereka beradu mulut, kemudian ada yang melerai mereka. Mereka pun diajak bernyayi bersama dan memainkan permainan yang lain yaitu Balendang.
Di permainan Balendang ini peserta dibagi menjadi 2 kelompok dan harus melewati beberapa rintangan. Rintangan pertama bermain engklek, kedua melompati tongkat sambil membawa bola di atas selendang yang dibawa berpasangan, setelah itu berjalan zig zag.
“Di akhir, bola yang dibawa harus dimasukkan ke dalam keranjang. Yang sudah memasukkan bola memukul kentongan dan berganti ke pemain selanjutnya,” ceritanya.
Yang kalah pada permainan Balendang itu mengendong yang menang. Satu persatu pemain yang kalah menggendong yang menang. Pemain terakhir yang kalah ini postur tubuhnya lebih kecil dari yang digendong, belum sampai di akhir jalan sudah terjatuh keduanya.
Adegan ini yang membuat penonton tertawa. Diikuti adegan-adegan berikutnya yang menampilkan kedua orang ini yang selalu ingin bertengkar. Akhirnya ada yang mendamaikan dan mereka pun bermaaf-maafan. “Kemudian bermain dan bernyanyi bersama kembali,” lanjutnya.
Tampil Maksimal
Nofa dan timnya tampil dengan maksimal. Selesai menampilkan permainan Balendang, perasaan lega dan senang yang dirasakan di luar arena lomba menyelimuti Nofa dan teman-temannya.
Nafas ngos-ngosan, tenggorokan sempat kering di tengah lomba, karena harus bersuara lantang. Tapi dia tertawa senang bersama teman-temannya yang diikuti oleh sorak-sorai dan tepuk tangan penonton di akhir penampilan. “Lego dan plong banget rasanya,” katanya tersenyum.
Segala daya dan upaya serta doa sudah dilakukan oleh tim dari Gresik yang mewakili Jawa Timur ini. Tinggal penentuan dari-Nya melalui tangan 2 juri yang memberikan nilai terbaik untuk Nofa dan rekan 1 timnya.
Malam hari, di acara penutupan Porseni, pengumuman pemenang lomba pun diumumkan. Rasa penasaran dan dada kembali berdegup kencang. Tampilan menyanyi yang cukup heboh dari peserta lomba yang berasal dari berbagai provinsi memeriahkan penutupan lomba itu, sekaligus mengurangi rasa deg-degan Nofa dan teman-teman.
Saat dibacakan urutan juara, hingga sampai juara Harapan 1, rasa bahagia terpancar dari wajah Nofa dan teman-temannya. Mereka bersorak bahagia. Dari 20 peserta yang mengikuti Lomba Permainan Anak Ciptaan Guru, Nofa dan timnya masuk 6 besar menjadi juara.
“Senang sekali, Alhamdulillah bisa sampai tingkat nasional saja itu sudah jadi suatu kebanggaan apalagi bisa menang. Dan juga bisa bertemu dengan saudara-saudara dari berbagai provinsi,” ucapnya.
Istri Debi Tri Wahyudi yang baru saja menikah pada 26 Juni 2023 kemarin memiliki suami yang sangat mendukung aktivitasnya. Bahkan sepekan sebelum lomba, Nofa yang saat itu mengalami kecelakaan, suami tetap mengizinkan.
“Sempat izin tidak masuk sekolah. Pada waktu latihan dengan badan yang masih kemeng, tangan dan kaki yang luka dan memar dan kepala sebelah kanan benjol. Saya diantar suami untuk berangkat latihan,” katanya.
Dia mengaku selama latihan, memang membutuhkan fisik yang baik, karena sering kehabisan napas. Latihan yang menguras gerak, lari, dan bernyanyi. “Latihan terakhir ndak ikut gerak, cuma nyautin suara aja,” ucap guru yang tinggal di Dusun Kedungsekar Lor Desa Kedungsekar Kecamatan Benjeng ini.
Dia berharap semoga semakin banyak guru yang bisa menorehkan prestasi karena setiap guru pasti mempunyai bakat masing-masing. “Dengan pengalaman yang didapat, semoga ilmu bisa disalurkan baik ke teman-teman maupun ke peserta didik,” harap guru sentra Bilingual TK Aisyiyah 36 PPI ini.
Kepala TK Aisyiyah 36 PPI Rehayuni SAg merasa bersyukur, keikutsertaan salah satu gurunya dalam lomba tersebut adalah perjuangan yang luar biasa. Berawal dari keraguan akan ketidakmampuannya serta jarak tempuh yang lumayan jauh antara tempat tinggal dengan lokasi latihan.
“Tapi berkat semangat untuk belajar dan didukung oleh orang-orang terdekat akhirnya ustadzah Nofa Bersama tim dari guru IGABA Gresik berhasil meraih prestasi tingkat nasional,” ujarnya bangga. (*)
Penulis Anik Nur Asia Mas’ud. Editor Ichwan Arif.