PWMU.CO – Mengenal Allah dengan benar dikupas dalam Majelis Pengajian Ahad Pagi KH Ahmad Dahlan PDM Kota Batu di Masjid at-Taqwa Kota Batu, Ahad (20/8/2023).
Acara ini diadakan oleh Majelis Tabligh PDM Kota Batu. Pembicara Ustadz Amrizal Arif Lc, anggota Corps Mubaligh Muhammadiyah (CMM) Malang Raya.
”Allah swt mengenalkan dirinya pada manusia melalui, pertama, segala ciptaannya yang ada di sekeliling kita baik di langit maupun di bumi. Kedua, Allah mengenalkan dirinya melalui nama-nama baik atau asmaul husna,” kata Ustadz Amrizal mengawali kajian.
Apabila kita mengenal Allah melalui asmaNya, kata dia, maka kita tidak akan pernah menyekutukan. Allah menyebutkan dirinya sebagai al-Khaliq, Yang Maha Pencipta, Al Baari’ Yang Maha Membentuk.
Allah menciptakan segala sesuatu tanpa ada contoh sebelumnya. Maka kita meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya pencipta semua yang ada di langit dan bumi.
”Allah yang menumbuhkan, Allah yang menjadikan diri kita ada. Semua yang ada dalam diri kita adalah karunia dari Allah, Allah yang memberikan. Tidak ada pencipta selain Allah SWT,” lanjut Ustadz Amrizal.
Ustadz Amrizal menyampaikan, kita harus memahami, apapun yang terjadi pada diri kita itu karena Allah. Allah Yang Maha Menentukan. Baik buruk yang terjadi pada diri kita, Allah yang menentukan.
Kaitannya dengan asmaul husna, sambung dia, Allah menentukan diriNya dengan dua yang berbeda, yang bertentangan.
Kita harus memahami seperti yang dikatakan tentang diriNya, jangan hanya memahami salah satunya, tetapi harus keduanya, agar tidak salah paham.
Contoh, Allah menyebut dirinya sebagai ad-Dhaar, Yang Maha Penimpa Kemudharatan, Allah yang menyebabkan terjadinya kemudharatan. Tapi jangan katakan Allah hanya menjadi penyebab kesulitan saja sebab Allah juga an-Nafii’, yaitu Yang Maha Memberi Manfaat.
Allah menyebutkan diriNya al-Maani, Maha Mencegah/Menahan, tapi di sisi lain Allah adalah al- Mughnii, Yang Maha Pemberi. Keduanya harus dipahami secara benar. Sekuat apapun kita berusaha, jika Allah mencegah kita mendapat sesuatu, maka sesuatu itu takkan pernah kita dapatkan.
Sebaliknya, jika Allah ingin memberi, dengan mudah dan dengan kuasa-Nya, kita akan diberi oleh-Nya meski kita tak menginginkannya. Seperti itu harusnya kita memahami Allah. Maka, bila kita cermati dan menyadari, justru dua hal bertentangan itulah yang menunjukkan bahwa itulah kuasa-Nya.
Demikian juga ketika Allah mengatakan dirinya al-Muhyii, Yang Maha Menghidupkan, dan al-Mumiitu, Yang Maha Mematikan.
Jika Allah berkehendak seseorang itu hidup, walau sudah sakit sekian lama, dia akan tetap hidup. Kalau sudah waktunya mati, bahkan anak-anak, orang yang sehat pun ketika Allah menghendaki dia mati, maka dia akan menemui kematian. Hidup dan mati hanya di tangan Allah SWT.
”Jika kita memahami Allah dengan dua asmaul husna dengan pengertian yang berbeda itu, dan apabila itu kita tanamkan kuat dalam diri kita, maka tidak akan ada kesyirikan dalam diri kita, sebab kita yakin, Allah Yang Maha Menentukan, yang memberikan kebaikan atau juga keburukan pada kita. Allah yang menentukan semua yang terjadi dalam perjalanan hidup kita,” tegas Ustadz Amrizal.
Syirik tidak akan ada dalam diri orang beriman, sebagaimana dalam surat al-An’am ayat 82, bahwa orang beriman tidak pernah mencampuradukkan iman mereka dengan kesyirikan.
”Di sekitar kita banyak orang yang masih berbuat kesyirikan karena dia tidak memahami ketentuan Allah. Orang beriman harus siap menerima ketentuan dari Allah, baik ketentuan yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan,” ujarnya.
Allah yang mengatur segala yang terjadi pada kita. Apabila ada hal tidak baik terjadi pada kita, mintalah pertolongan hanya kepada Allah. Pun, kebaikan, hanya kita minta pada Allah. Contoh kesyirikan adalah percaya dengan adanya hari baik dan hari buruk, hari sial. Sesungguhnya tidak ada hari baik dan hari buruk, karena hari adalah ciptaan Allah, maka semua hari adalah baik.
Lebih lanjut Ustadz Amrizal mengatakan, dengan akal pikiran kita, kita diminta berusaha dengan sebaik-baiknya demi mendapatkan kebaikan atau keberhasilan, setelah itu kita bersyukur.
Jika berhasil, kita menyadari kebaikan dan keberhasilan itu karena kemudahan dari Allah, sehingga tidak memunculkan sifat sombong. Sebaliknya, ketika mendapat keburukan padahal sudah berusaha mengelak darinya, maka tidak berkecil hati sebab menyadari bahwa keburukan itu hanya terjadi atas kehendak Allah.
Maka, kita dianjurkan selalu berdoa agar mendapat kebaikan dari Allah. Agar selalu mendapat kebaikan, hal-hal yang perlu dilakukan adalah: pertama, taat beribadah, setelah yang wajib lakukan yang sunah.
Kedua, bersedekah. Menerima seberapa pun rezeki dari Allah, kita harus mengeluarkan sedekah.
Dijelaskan, sebenarnya kesyirikan itu terjadi karena adanya ketakutan dan kekhawatiran akan terjadinya suatu keburukan pada diri seseorang, terbawa pengaruh lingkungan, tidak mengenal Allah secara benar, atau karena ketidakmengertian seseorang.
“Maka, agar tidak berbuat kesyirikan, kita harus kembali pada ajaran Islam dengan memurnikan akidah kita. Kita menjaga Allah, Allah akan menjaga kita,” pungkas Ustadz Amrizal.
Penulis Khoen Eka Editor Sugeng Purwanto