Hindari Generalisasi
Wahyudi juga mengimbau, sudah saatnya mengakhiri anggapan politik itu kotor. Perilaku atau oknum pemerintah atau partai yang korup tidak digeneralisasi, dalam bahasa Jawa ada istilah gebyah uyah. “Di mana semua pemerintah dan partai itu korup semua. Tentu tidak, sebab, masih banyak yang baik,” ungkapnya.
Menurut dia, hal ini menjadi tantangan serius realitas politik saat ini. “Fakta politik yang sering menyuguhkan perilaku elite politik yang tidak memihak masyarakat kecil, bahkan korup yang menyebabkan masyarakat menjadi antipati, acuh tak acuh bahkan tidak peduli terhadap politik,” tegasnya.
Maka dari itulah Wahyudi menegaskan, “Kondisi seperti ini jangan dijadikan alasan bagi ibu-ibu untuk tidak menggunakan hak pilihnya dalam pemilu nanti. Jika ibu-ibu justru antipati (emoh politik) nanti yang akan terpilih justru orang-orang yang tidak baik. Akibatnya harga cabe naik, harga sayur naik semua, kebutuhan pokok naik, itu karena politisi kita yang menentukan semua.”
Dia akhirnya menekankan perlunya dorongan agar politik menjadi instrumen keadilan dan kemakmuran masyarakat. Sehingga masyarakat tidak antipati terhadap politik, terutama dalam momen politik seperti pilpres dan pilkada.
“Menampilkan politik yang berorientasi kepada keadilan dan kemakmuran maka dengan sendirinya partisipasi masyarakat akan meningkat,” pungkasnya. (*)
Penulis Muhammad Syaifudin Zuhri Editor Mohammad Nurfatoni/SN