PWMU.CO – Penyakit leadershipless bermunculan di Indonesia. Suatu kelompok atau masyarakat yang dipimpin oleh orang yang tidak punya jiwa kepemimpinan.
Demikian disampaikan Prof Dr Zainuddin Maliki MSi dalam Pengajian Ahad Pagi Pimpinan Cabang Muhammadiyah dan Aisyiyah (PCM-PCA) Gresik.
Acara ini digelar di Masjid Taqwa Perguruan Muhammadiyah Jalan KH Kholil 90 Gresik, Ahad (27/8/2023).
Jamaah yang hadir sebagian besar pimpinan, warga, dan simpatisan Muhammadiyah di Kecamatan Gresik. Sebagian yang lain adalah guru-karyawan SD Muhammadiyah Kompleks Gresik (SD Mugres) dan SMP Muhammadiyah 1 Gresik (Spemutu). Ada juga para karyawan RS Muhammadiyah Gresik.
Prof ZM, sapaan akrabnya, mengatakan, pemimpin yang baik dan benar harus memiliki sifat kenabian. Sifat yang dimaksud yakni shidiq, amanah, fathanah, dan tabligh (SAFT).
“Pemimpin harus shidiq jiwanya. Kalau lemah jiwa kepemimpinannya akan membuat kehidupan anggota atau masyarakatnya tidak baik,” ujar anggota Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini.
Oleh karena itu, lanjut Prof ZM, jangan sampai masih berlaku istilah ‘maju tak gentar, memilih yang bayar’. Atau mengabaikan proses suksesi pemimpin dengan tidak menggunakan hak suaranya. Faktor ini yang menyebabkan munculnya penyakit leadershipless.
“Kata Buya Syafii Maarif, jangan sampai Muhammadiyah menjadi yatim piatu di parlemen. Misi persyarikatan perlu dikawal dari dalam oleh orang yang amanah,” ungkap mantan rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya ini.
Selain shidiq dan amanah, pemimpin juga harus bersifat fathanah. Menurut Prof ZM, pemimpin itu harus waras. Waras maksudnya cerdas akal, cerdas otak, dan cerdas hatinya.
Pemimpin yang lemah kewarasannya akan mudah dikendalikan oleh mereka yang hanya ingin mengeruk keuntungan pribadi.
Terakhir, pemimpin yang baik juga harus mampu merumuskan gagasan dan idenya. Rumusan itu lalu disampaikan kepada umatnya semata-mata sebagai langkah perbaikan dan kemajuan.
“Dengan demikian, umat yang berkemajuan akan tercipta karena pemimpinnya membuatkan jalan ke arah itu,” kata anggota DPR RI yang juga terpilih sebagai Ketua Gabungan Kerja Sama Bilateral Parlemen Indonesia-Oman ini.
Topik yang disampaikan oleh Prof ZM mendapat respons positif dari jamaah. Salah satunya Zamzam Fathoni. Guru Spemutu ini menyadari pentingnya kiprah pemimpin dengan sifat nabi.
“Sebagai warga dan kader Muhammadiyah, kita sebagai individu harus memberi manfaat dengan maksimal sesuai bidang yang dimiliki,” ungkap Zamzam.(*)
Liputan Abizar Purnama Editor Sugeng Purwanto