PWMU.CO – Dosen Ummad Wariyatun lolos research grant program SHAPE-SEA, yakni lembaga yang bergerak dalam penelitian HAM dan perdamaian.
SHAPE-SEA merupakan singkatan dari Strengthening Human Rights and Peace Research/ Education in ASEAN/Southeast Asia.
Wariyatun, salah satu tenaga pengajar Universitas Muhammadiyah Madiun (Ummad) baru saja pulang dari Bangkok, Thailand, untuk mengikuti pelatihan penelitian (research training) student yang tengah mengambil pendidikan S-3.
Dosen Prodi Ilmu Kesejahteraan Sosial Ummadz itu bersama dosen dan peneliti dari Indonesia serta negara anggota ASEAN lainnya, mengikuti research training di Bangkok selama dua hari, Selasa-Rabu (15-16/8/23).
Ada empat materi pelatihan penelitian yang diikuti Wariyatun, yaitu teori penelitian, metodologi penelitian, ethic, serta academic writing.
Wariyatun mengungkapkan, mengapa bisa mengikuti pelatihan penelitian di Mahidol University tersebut.
“Alhamdulillah, saya dapat grant research dari SHAPE-SEA, sebuah program yang di-launching oleh Mahidol University di tahun 2015 dan saat ini didukung Kedutaan Besar Swedia, untuk menyelesaikan studi S3 saya,” jelas Wariyatun, Rabu (23/8/23).
Peminatan Isu Gender dan Inklusi
.
SHAPE-SEA merupakan lembaga yang bergerak dalam penelitian dan pendidikan penguatan hak asasi manusia dan perdamaian di ASEAN atau Asia Tenggara.
“Jadi penelitian yang ditekankan di SHAPE SEA ini terkait masalah hak asasi manusia dan perdamaian di Asia Tenggara,” kata Wariyatun.
Sebagai dosen Prodi Ilmu Kesejahteraan Sosial, Wariyatun banyak belajar tentang kelompok-kelompok rentan yang berpotensi menjadi korban pelanggaran HAM.
“Kebetulan penelitian S3 saya fokus pada isu perempuan di wilayah post konflik. Sesuai dengan bidang saya, memang peminatan saya di isu gender dan inklusi,” terangnya.
Wariyatun menjadi salah satu dari 20 penerima grant research dari SHAPE SEA program tersebut. Terdapat 6 PhD students masing-masing 2 dari Indonesia, 2 dari Thailand, 1 dari Filipina dan 1 dari Vietnam sebagai penerima grant kategori mahasiswa S3.
Kemudian 2 MA students mendapat grant dari kategori mahasiswa S2 serta 12 peneliti muda dari Indonesia, Malaysia, dan Vietnam dengan gelar MA sebagai penerima grant dengan kategori peneliti.
“Negara yang tidak ada perwakilan Myanmar, Laos, Kamboja, dan Singapura. Singapura tidak ada wakilnya karena dinilai sebagai negara yang sudah maju, bukan lagi negara berkembang,” terang Wariyatun.
Perluas Jaringan
Dia mengatakan, dengan apply ke SHAPE-SEA ini selain bermanfaat untuk mendukung penyelesaian S3 yang ia lakukan, juga dapat memperluas jaringan dan mendapat kesempatan untuk meningkatkan kapasitas dalam melakukan penelitian yang bersinggungan dengan isu-isu kelompok rentan.
Dalam penelitian ini ditekankan soal ethics, aksi lanjutan dari hasil penelitian dan memublikasikan hasil penelitian itu untuk advokasi isu.
“Saya senang karena programnya mengawinkan antara akademia dan aktivisme. Saya kira dua hal tersebut tidak bisa dipisahkan dari tradisi seorang ilmuwan di Perguruan Tinggi Muhammadiyah. Itu yang saya lihat, “kata Wariyatun.
Dia juga menambahkan, kerja sama ini meskipun dilakukan individu namun dalam praktiknya memperkuat kerja sama lembaga antar dua negara.
“Saya berharap di masa akan datang, kawan-kawan dosen Ummad terutama dari sosial humaniora, dapat terlibat dalam program ini. Sehingga Ummad akan memiliki jaringan yang kuat dengan perguruan tinggi di luar negeri di masa mendatang” harapnya. (*)
Penulis Pujoko. Editor Darul Setiawan.