PWMU.CO – Keterbatasan finansial pada anak-anak tidak menyurutkan langkah mulia mereka untuk berbagi. Berbekal keinginan untuk menggembirakan anak yatim dan dhuafa, siswa-siswi SD Muhammadiyah Giri, Kebomas, Gresik—atau yang populer disebut SD Muri—secara sukarela mengumpulkan dan menyumbangkan pakaian layak pakai yang sudah tidak terpakai di lemari rumah mereka.
Ratusan pakaian bekas yang terkumpul itu lantas disetrika dan dikemas oleh panitia yang terdiri dari siswa siswi kelas 6 dengan bimbingan dan pengawasan guru.
(Baca: Cara SD Muri Menggelorakan Budaya Membaca di Tengah Minimnya Ketersediaan Buku)
Pakaian bekas ini lalu dilabeli dengan harga Rp 2.000 hingga Rp 10.000 dan dijual ke masyarakat sekitar dalam sebuah bazar mini, pada Sabtu (3/6) lalu, bersama minyak goreng dan gula pasir hasil sumbangan juga dengan harga super murah. Walhasil dalam waktu kurang dari 2 jam semua dagangan ludes dibeli oleh masyarakat kalangan bawah yang sangat antusias memenuhi kebutuhan Ramadhan dan Lebaran.
“Ini merupakan salah satu pendidikan karakter yang ingin dibentuk di sekolah ini. Inilah seni dalam beramal,” kata Dina H Mufidah, Kepala Sekolah SD Muri pada pwmu.co, Kamis (8/6). Menurut Dina, membantu bisa dilakukan dengan tetap mengedukasi masyarakat untuk tidak meminta atau menerima begitu saja. “Tapi tetap mengeluarkan uang sesuai kemampuan mereka.”
Dia menjelaskan, dari bazar terkumpul uang sekitar Rp 3 juta, yang kemudian dengan kreatifitas guru dan siswa, diwujudkan menjadi parcel lebaran. Lalu 32 anak yatim dan dhuafa diundang dalam kegiatan “Ramadhan Ceria SD Muri Berbuka bersama Yatim dan Dhuafa”, Rabu (7/6) malam.
“Mereka berasal dari siswa siswi TK di lingkungan perguruan Muhammadiyah Giri, dan TK-TK sekitar. Juga dari kalangan siswa SD Muhammadiyah Giri sendiri serta beberapa SD dan MI sekitar,” jelas Dina.
(Baca juga: HUT Kota Gresik di SD MURI: Dari Amanat Sejarawan hingga Incip Massal Jajanan Khas Giri)
Sukarto dari Majlis Dikdasmen Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kebomas menyatakan salut dan bangga atas upaya berbagi yang dilakukan sekolah dalam inovasi kegiatan efektif fakultatif di bulan Ramadhan ini. “Saya mendukung penuh upaya-upaya lain untuk kemajuan sekolah,” ujarnya.
Faqiza, salah satu panitia dari siswa kelas 6 yang mewakili teman temannya mengatakan senang mendapatkan kesempatan dibimbing para guru untuk mengelola kegiatan berbagi.
“Ternyata kita tidak harus kaya dulu baru memberi. Kita hanya perlu ide hebat untuk menjadi orang yang bermanfaat buat orang lain,” ungkapnya. Faqiha juga mengucapkan terimakasih atas pengalaman ini. “Semoga dari sini kami bisa terus berkarya buat diri sendiri dan orang lain, setelah lulus nanti.”
Indahnya berbagi. Memberi tak harus dibatasi kekurangan diri. Bahkan bisa berdampak ganda: satu kali berbagai dua sasaran terlampaui. (MN)