PWMU.CO – Meneladani Buya Syafii menjadi benang merah pembicaraan para tokoh dalam pembukaan Bineka Fest. Acara berlangsung di Posbloc Jakarta, Jalan Pos No.2, Pasar Baru Jakarta Pusat, Rabu (30/8/2023).
Muhadjir Effendy, Pembina Maarif Institute yang kini menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), menyambut baik Bineka Fest ini. Anak-anak muda, katanya, dapat menjadikan Buya Syafii sebagai teladan dan inspirasi untuk melahirkan gagasan-gagasan kebangsaan yang kritis.
“Pemikiran dan keteladanan Buya Syafii sudah mencapai derajat tertinggi bagi seseorang yang sudah selesai dengan dirinya, yaitu kemanusiaan universal. Buya memiliki komitmen kebangsaan yang sangat kuat. Pemikiran dan pandangan yang disampaikan demi masa depan bangsa. Pemikirannya melampaui sekat-sekat yang membatasi hubungan kemanusiaan. Beliau sudah tidak membedakan siapa-siapa,” kata Muhadjir.
Senada dengan itu, Clara Juwono yang juga Pembina Maarif Institute, menyampaikan tentang pentingnya generasi muda meneladani sosok Buya Syafii yang hidupnya sangat bersahaja. Juga, pemikiran-pemikiran kritisnya tentang kebangsaan dan kemanusiaan.
“Pemikiran Buya Syafii tentang kebangsaan sangat relevan di tengah isu korupsi dan ketidakadilan, karena itu tidak hanya disosialisasikan, tetapi harus diaktualisasikan,” jelas Clara.
Sementara Direktur Eksekutif Maarif Institute Abd. Rohim Ghazali, mengatakan acara Bineka Fest ini digelar untuk mengenang setahun wafatnya Buya Syafii, serta menyemarakkan dua dekade Maarif Institute.
Mengapa kebinekaan harus difestivalkan? Menurut Rohim, di negeri Indonesia, kebinekaan adalah keniscayaan dan anugerah dari Tuhan yang Maha Kuasa, yang seharusnya disyukuri dan dinikmati secara baik, dan bukan untuk diperdebatkan atau dipertentangkan.
“Kebinekaan harus kita jadikan sebagai anugerah dengan cara menjaga dan merayakannya. Dalam festival ini, unsur-unsur yang menjadi bagian signifikan kebinekaan, seperti kelompok minoritas, misalnya, kita berikan ruang testimonial agar mereka bisa bebas bercerita tentang keberadaan dan peran dirinya di tengah orkestra dan taman pelangi kebangsaan. Kita tumbuhkan kesadaran, bahwa kebinekaanlah yang membuat negeri ini elok indah rupawan,” tegas Rohim. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni