Penurunan Kemiskinan dengan Lazismu oleh Minal Abidin, Amil Lazismu Gresik, Pegiat Ekonomi Islam.
PWMU.CO – Lazismu (Lembaga zakat infak sedekah Muhammadiyah) saat ini sudah melewati pada masa dua dekade. Artinya, jika dikorelasikan dengan usia manusia maka pada usia ini kita sedang memasuki masa peralihan. Memasuki masa dewasa, meninggalkan masa remaja.
Masa ini menjadi penentu bagaimana arah dan tujuan hidup ditentukan. Pada masa ini pula dianggap sudah cukup terampil dalam perencanaan, pengelolaan, pengambilan keputusan, serta siap menerima konsekuensi akibat tindakan yang kita lakukan.
Pertanyaannya sekarang sudahkah Lazismu berada pada jalur yang semestinya?
Menjawab itu, pertama, mari memahami eksistensi Lazismu sebagai lembaga filantropi Islam modern yang dimiliki oleh Persyarikatan Muhammadiyah.
Kehadiran Lazismu bukanlah hal baru karena sejak pertama didirikan, Muhammadiyah sudah menempatkan filantropi Islam sebagai fondasinya.
Lahir dari tangan dingin KH Ahmad Dahlan menjadikan kehadiran Muhammadiyah sebagai oase kehidupan di tengah masa penjajahan, kebodohan, dan kemiskinan yang nyata.
Di situlah Muhammadiyah hadir memberikan secercah harapan dari pola pendekatan dakwah yang humanis dan memajukan.
Apa yang dihadirkan Muhammadiyah oleh Mbah Dahlan kala itu, sekarang populer dengan sebutan pemberdayaan masyarakat (community empowerment).
Konsep pemberdayaan masyarakat nyatanya sudah dilakukan oleh Mbah Dahlan sejak satu abad silam. Mbah Dahlan menggerakkan masyarakat untuk membantu dan memberi makan. Membentuk madrasah untuk memberikan pengajaran agama dan budi pekerti. Membangun surau untuk menjaga kemurnian tauhid umat Islam.
Kedua, Lazismu hadir bukan untuk menjadi pesaing dakwah Muhammadiyah, justru kehadirannya menjadi bagian penting dari pembaharuan gerakan dakwah Muhammadiyah bidang filantropi. Karena itu program dan kerja Lazismu harus selaras dengan dakwah Muhammadiyah.
Menjawab problem umat seperti kemiskinan, kesehatan, dan pendidikan, Lazismu tidak boleh dikelola secara ala kadarnya. Tidak boleh ada prinsip: sing penting mlaku. Tapi harus pakai ilmu manajemen, komunikasi, keuangan, dan paham medsos.
Contoh Lazismu Gresik yang sedang fokus menggarap pada tiga bidang paling unggul yakni Pilar Pendidikan, Pilar Kesehatan dan Pilar Ekonomi. Tiga itu indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Program Pilar Ekonomi, Lazismu Gresik saat ini sudah mendampingi 466 UMKM yang tersebar di Kabupaten Gresik. Upaya ini untuk mendorong upaya pengentasan kemiskinan melalui pertumbuhan UMKM yang unggul dan berdaya saing.
Fondasi ekonomi mikro salah satu tumpuannya adalah UMKM, maka keberpihakan Lazismu pada UMKM adalah kunci keberhasilan.
Apakah langkah ini betul-betul bisa membantu mengurai problem masyarakat? Wallahu a’lam bishawab. Nyatanya angka kemiskinan di Kabupaten Gresik yang sebelumnya 166 ribu jiwa (12,4%) turun di angka 149 ribu jiwa (11%) menurut data BPS 2022.
Dari situlah kami berbesar hati meyakini bahwa tindakan tersebut menjadi bagian penting sumbangsih dalam pencapaian penurunan kemiskinan hingga 1,4% di Kabupaten Gresik pada tahun 2022.
Saat ini Lazismu Gresik terus berupaya membangun inovasi program pemberdayaan serta mengelaborasi menjadi program unggulan yang bernilai.
Untuk itu, kesadaran dan keterlibatan masyarakat adalah kunci keberhasilannya. Maka kami mengajak seluruh umat Islam dan masyarakat bergandeng tangan bersama Lazismu dalam mengurai masalah sosial yang terus berkembang.
Mari tunaikan zakat dan infak di Lazismu. Mudah-mudah Allah berikan keberkahannya. Aamiin.
Editor Sugeng Purwanto