Pameran Seni Rupa “Nyanyi Sunyi”
Semarak Pramusyda Ke-11 PDM dan Musyda Ke-8 PDA Kabupaten Pasuruan diramaikan dengan berbagai kegiatan, mulai dari Tabligh Akbar, Pameran Pendidikan, Pelatihan MC dan Protokoler, Seminar Kebangsaan, termasuk Pameran Seni Rupa dan Batik. Acara Pramusyda digelar sejak 5-12 Maret 2023 bertempat di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Kabupaten Pasuruan, Jalan Raya Raci KM 09 Kecamatan Bangil.
Pameran Seni Rupa “Nyanyi Sunyi” Pramusyda Kabupaten Pasuruan resmi dibuka Wakil Ketua PWM Jatim Prof Dr Thohir Luth MA dan Kusen SAg MA PhD dari LSBO PP Muhammadiyah setelah acara Tabligh Akbar. Pita digunting tepat pukul 11.00 WIB dan pameran ini berlangsung setiap hari pada tanggal yang ditentukan mulai pukul 09.00-21.00 WIB. Tepatnya di lantai 3 Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Kabupaten Pasuruan.
Pameran Seni Rupa “Nyanyi Sunyi” diprakarsai oleh LSBO PDM Kabupaten Pasuruan yang dikomandani oleh pelukis Badrie dengan Dimas Figo sebagai kuratornya. Tentunya Badrie tidak sendirian karena berkolaborasi dengan komunitas seni rupa ‘Kuas patris’ dan ‘Pawitra Project’ dari Pasuruan. Ada 40 lebih karya dipamerkan mulai dari lukisan, art project, seni grafis, fotografi, video art, performance art, installation art, drawing, dan new media.
Sebelum pameran dibuka, kurator pameran seni rupa Figo Dimas Saputra menjelaskan sekilas tentang tema pameran “Nyanyi Sunyi” dihadapan para hadirin. Njanji Soenji (dibaca Nyanyi Sunyi) adalah koleksi puisi karya Amir Hamzah tahun 1937. Koleksi dari 24 judul puisi dan bait-bait prosa lirik ditulis kira-kira setelah ia dipaksa menikahi putri Sultan Langkat.
Semasa Amir menempuh pendidikan di Solo, ia menjalin kasih dengan seorang putri Jawa llik Sundari. Di tengah kemesraan itu, ibundanya meninggal. Setahun kemudian, ayahnya meninggal. Biaya studinya ditanggung oleh Sultan Mahmud, Sultan Langkat.
Paman yang sekaligus Raja Kesultanan Langkat itu sejak awal tidak menyukai aktivitas Amir di dunia pergerakan. Apa yang dikerjakan Amir dianggapnya bisa membahayakan kesultanan. Untuk menghentikan aktivitas Amir di dunia pergerakan, ia pun memanggilnya pulang ke Langkat untuk dinikahkan dengan putrinya, Tengku Putri Kamaliah. Amir bisa saja menolak, tapi ia sadar telah berutang budi pada Sultan Mahmud.
Amir dan llik akhirnya dipaksa menerima kenyataan cinta kasih mereka harus berakhir. Pernikahan Amir dan Kamaliah adalah pernikahan yang dipaksakan demi kepentingan politik. Keduanya harus menjalani pernikahan itu meski saling tahu bahwa mereka tak saling mencintai. Di tengah itu, kerinduan dan kehilangan Amir pada llik tetap kuat membekas.
Sementara Badrie mengatakan, pameran kali ini menitikberatkan pada apresiasi.
Para pengunjung baik pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum bisa memberikan apresiasi terhadap karya yang disaksikan dan bisa bertanya langsung kepada senimannya tentang proses dalam berkarya. Mereka juga bisa menanyakan dari mana inspirasi yang melatarbelakangi terciptanya karya. Untuk menyemarakkan itu, panitia membuat kompetisi khusus bagi pengunjung SMA/SMK/MA dan mahasiswa untuk membuat apresiasi. Karya tulisan terbaik akan mendapatkan hadiah dan sertifikat dari panitia.
Pria yang bernama lengkap Badrie ini mengaku telah mendapatkan apresiasi langsung berupa kiriman video dari para aktor terkenal. Di antaranya Mathias Muchus, Sigit Hardadi dan Herdin Hidayat. Mathias Muchus aktor dan juga sutradara keturunan Minangkabau dalam videonya menyampaikan selamat kepada Badrie dan Perupa lainnya atas pamerannya. “Dan ini adalah awal kebangkitan setelah kita terpuruk dua tahun lebih karena pandemi. Semoga pameran ini bisa membangkitkan pameran-pameran lainnya muncul,” ujarnya.
Sementara aktor senior Herdin Hidayat juga mengucapkan selamat kepada Badrie yang sama-sama bergerak di kesenian dan sukses atas terselenggaranya Pameran Seni Rupa Nyanyi Sunyi dalam videonya dengan penuh semangat.
Aktor yang dan juga penulis Indonesia Sigit Hardadi memberikan apresiasi dengan memberikan komentar, “Pameran Seni Rupa Nyanyi Sunyi mempunyai makna yang tinggi, diharapkan karya-karya yang ditampilkan nati tidak hanya berhenti pada ‘nyanyi sunyi’ karena tema ini hanya sekedar pancingan dan akan muncul ‘nyanyi Gembira’. Selamat berkarya!”
Menurut Badrie, pameran ini menunjukkan Muhammadiyah tidak anti kesenian. Diselenggarakan di Gedung Dakwah Muhammadiyah mengisyaratkan bahwa seni itu memang benar-benar hadir dan ada di tengah-tengah Muhammadiyah.
Baca sambungan di halaman 6: Dakwah Berkesenian Melalui Proyek “Mural Kapal”