Bagaimana Sikap Muhamamdiyah dan NU
Dinamika politik khususnya pada penetapan bacapres dan bacawapres Anies-Muhaimin ikut memantik situasi di tubuh dua ormas Islam terbesar di Indonesia, Muhammadiyah dan NU. Suara resmi dari tokoh Pimpinan Pusat Muhammadiyah nyaris tidak terdengar. Sedangkan suara dari tokoh PBNU sangat beragam. Dalam konferensi pers di kantor PBNU Sabtu 2 September 2023 menegaskan tidak ada capres atau cawapres atas nama NU.
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menegaskan “Kalau ada calon itu atas nama kredibilitasnya atas nama perilakunya sendiri-sendiri, bukan atas nama NU”. Pernyataan Ketua Umum PBNU telah jelas dan tegas, jangankan Cak Imin, bakal calon lain yang akan mencalonkan atau dicalonkan sebagai capres, cawapres dipastikan bukan atas nama NU.
Muhammadiyah lebih senyap daripada PBNU yang merasa perlu mengadakan konferensi pers menyikapi duet Anies dan Cak Imin. Hal demikian sangat dimaklumi dan telah dimaklumi sejumlah kalangan bahwa Muhammadiyah sejak lama tegas tidak masuk dalam wilayah politik praktis, dukung mendukung calon presiden, wakil presiden, kepala daerah dan calon legislatif.
“Sikap dan situasi struktural Muhammadiyah dan NU yang demikian jelas dan tegas berbeda dengan situasi kultural kedua ormas terbesar ini.”
Sejak aktif menjadi bagian dari Masjumi sebagai wadah silaturahmi ormas Islam hingga Masjumi menjadi partai peserta pemilu 1955 dan bubar tahun 1959, Muhammadiyah membatasi peran aktifnya dalam politik praktis.
Sikap PP Muhammadiyah dan PBNU dalam pemilu 2024 telah disampaikan jauh hari bahwa posisinya sebagai penjaga moral. Sikap bijaksana laksana orang tua yang berdiri untuk mengayomi semua anaknya yang berkompetisi, bukan pilih kasih pada salah satu kelompok yang sama-sama menganggap Muhammadiyah dan NU sebagai ibu atau ayah.
Sikap dan situasi struktural Muhammadiyah dan NU yang demikian jelas dan tegas berbeda dengan situasi kultural kedua ormas terbesar ini. Pada level kultural warga Muhammadiyah, NU, dan khalayak umum menggambarkan Anies dan Cak Imin merepresentasikan Muhammadiyah dan NU. Antusiasme warga yang hadir dalam deklarasi di Hotel Tunjungan menampakkan “wajah-wajah” Muhammadiyah, NU berbaur dengan warga Partai Nasdem, PKB serta sejumlah kelompok relawan Anies Cak Imin.
Benarkah Anies dan Cak Imin merepresentasikan sebagai pasangan Muhammadiyah dan NU.? Agak susah menjawabnya karena keduanya sama sekali tidak membawa atribut Muhammadiyah atau NU dalam deklarasi. Tetapi secara kultural, tema-tema yang disampaikan dalam pidato maupun acara tambahan seperti shalawatan sangat kental adanya nuansa nasionalisme khas Muhammadiyah dan NU.
Baca sambungan di halaman 3: Makna Deklarasi di Hotel Yamato