PWMU.CO – Kolaborasi aksi dilakukan Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Lamongan dengan menggelar Workshop Budidaya Pepaya Hawai di Hotel Grand Mahkota Lamongan, Ahad (3/9/2023)
Program pemberdayaan yang telah dicanangkan oleh MPM PDM Lamongan mulai terlihat dengan adanya Workshop yang mengundang seluruh perwakilan petani Muhammadiyah dari tiap Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) di Kabupaten Lamongan.
Acara yang dihadiri sekitar 150 orang tersebut merupakan kegiatan perdana yang dilakukan MPM PDM Lamongan berkerja sama dengan PT Tunas Agro selaku produsen bibit Pepaya Hawai dan Komisi B DPRD Provinsi Jawa Timur.
Ketua MPM PDM Lamongan Shobikin Amin menjelaskan, kegiatan ini merupakan kolaborasi aksi dari MPM bersama beberapa pihak yang memiliki potensi dalam dunia pemberdayaan.
“Pemilihan komoditas pepaya hawai dipilih untuk program peningkatan ekonomi keluarga ini karena peluang terserapnya produk di pasar sangat luas dan perawatan budidayanya relatif mudah,” katanya.
Lek Bikin –sapaan akrabnya- mengajak semua peserta untuk lebih bersyukur dengan cara memanfaatkan tanah yang tidak terpakai meski sejengkal saja untuk bisa produktif dan meningkatkan ekonomi keluarga.
“Entrepeneur bukan tentang skala besar yang digarap, melainkan bagaimana bisa menghasilkan keuntungan dan manfaat,” tandasnya.
Pemberdayaan Bukan Khayalan
Workshop tersebut dibuka langsung oleh Sekretaris PDM Lamongan Dr Piet Hizbullah Khaidir MA. Dalam sambutannya, Piet menegaskan bahwa pemberdayaan bukanlah kegiatan yang bersifat khayalan atau rencana semata.
“Namun membutuhkan sebuah aksi konkret melalui kerja dan proses yang berdasar pada teologi Al Ma’un, yang menjadi spirit pergerakan Muhammadiyah sebagai satu pijakan langsung dan menyentuh masyarakat,” ucapnya.
Mantan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPP IMM) ini menegaskan, bahwa kegiatan MPM sejalan dengan pilar-pilar yang dijalankan PDM Lamongan di antaranya dakwah dan tarjih, pemberdayaan ekonomi sebagai pintu jihad dan ijtihad, serta pendidikan dan kaderisasi.
Ia pun mengingatkan kembali apa yang disampaikan oleh Moeslim Abdurrahman aktivis pendiri Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Buruh, Tani dan Nelayan PP Muhammadiyah yang kini berganti nama menjadi Majelis Pemberdayaan Masyarakat.
“Menurut Kang Moeslim, pemberdayaan itu bisa dilakukan bersama dengan pemerintah yang berarti kolaborasi atau bisa juga tanpa pemerintah yang berarti independent,” katanya.
“Tetapi kita lebih cenderung untuk melakukan kolaborasi untuk memberi kemanfaatan yang lebih besar sebagaimana hari ini kita berkolaborasi dengan Mas Amar Saifuddin dari Komisi B DPRD Propinsi Jawa Timur,” terangnya. (*)
Penulis Eko Hijrahyanto Erkasi Editor Nely Izzatul