PWMU.CO – Anak lahir punya fitrah bukan seperti kertas kosong menjadi ulasan talk show Kajian Ahad Pagi di halaman Klinik Muhammadiyah Siti Fatimah Pare, Kabupaten Kediri, Ahad (3/9/2023).
Kajian menghadirkan pembicara Muhammad Hatta dan Rifki Jakfar Tholib dipandu moderator Abu Shanum. Acara ini disiarkan oleh SDTV (Sayap Dakwah Televisi) dan Facebook PCM Pare. Topik kajian Anak Kecil Bisa Apa.
Hadits populer: Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi, menjadi pembuka paparan Ustadz Muhammad Hatta.
Filsuf Barat John Lock mengenalkan teori tabularasa untuk menggambarkan manusia. John Lock menyebut, setiap manusia yang lahir itu tidak memiliki potensi apapun. Potensi muncul karena pewarnaan lingkungan.
Teori ini ini, kata dia, berbeda dengan konsep Islam yang menerangkan manusia sejak lahir di bumi Allah sudah punya potensi yang luar biasa.
Konsep tabularasa itu menyebutkan, bayi yang lahir itu seperti kertas kosong. Sedangkan konsep Islam menyebut setiap bayi yang lahir itu sudah membawa potensi dasar yang namanya fitrah.
”Orangtuanya yang menjadikan dia Yahudi, Majusi, Nasrani. Muncul pertanyaan kenapa kok tidak dikatakan orangtuanyalah yang menjadikan muslim? Seluruh mufassir bersepakat bahwa kata fitrah itu maknanya muslim atau Islam,” kata Ustadz Hatta.
Artinya, sambung dia, setiap bayi yang lahir itu oleh Allah sudah diberi potensi, bukan kosong potensi.
”Diksi kalimat ’anak kecil bisa apa’ menyelisihi fitrah, menyelisihi syariat, menyelisihi sunatullah. Nabi Muhammad menyampaikan bahwa, anak itu lo baru lahir sudah mempunyai potensi namanya fitrah,” tuturnya.
Fitrah itu mengutip pendapat Ustadz Muhammad Fauzil Adhim menyebutkan, fitrah dasar manusia itu naluri ketuhanan, religiusitas.
”Religiusitas itu sejak bayi sudah punya. Ada naluri untuk survive. Ketika bayi merasakan haus atau lapar survivenya ya nangis. Ketika usia pubertas, ada naluri mencintai lawan jenis atau naluri untuk memberlangsungkan keturunan,” katanya.
Surat Ali Imran: 190-191 berbicara fakta-fakta kehidupan anak-anak yang sejak hadirnya sudah mengajari banyak hal, mengajari tentang makna kesabaran, pengurbanan, peka menangkap pelajaran dari Allah.
Jangan Meremehkan Anak
Sementara Ustadz Rifki Jakfar Tholib mengingatkan orangtua jangan suka mengejek anak dengan pilihan kalimat meremehkan seperti ucapan alaah arek cilik iso opo.
Ucapan seperti itu tersimpan di memori anak kecil. Di usia terbaik untuk menerima sesuatu yang positif, jangan berikan sesuatu yang negatif. Seperti juga membandingkan dengan anak orang lain. Pilihan kata meremehkan itu bisa merusak semangat. Berpengaruh pada perilaku tidak berani memulai sesuatu yang baru lagi, segala sesuatu dari kehidupannya harus dikontrol oleh orang tuanya,
Lalu dia membaca surat an-Nisa ayat 9.
وَلْيَخْشَ ٱلَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا۟ مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَٰفًا خَافُوا۟ عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْيَقُولُوا۟ قَوْلًا سَدِيدًا
Hendaklah takut (kepada Allah), orang-orang yang meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)-nya. Hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.
”Anak kecil ini calon orang yang berpotensi besar, maka Allah firmankan jangan sampai kalian remehkan mereka ketika kecil, yang nanti ketika sudah tua, anak kita tidak bisa diandalkan. Kerena waktu kecil tidak diberi peran yang cukup. Padahal usia muda itu sedang kuat kuatnya, sedang hebat hebatnya, mereka berani tanggungjawab dengan ide mereka,” jelas Ustadz Rifki.
Memang tampaknya anak kecil itu diajak duduk susah, disuruh diam susah, berlarian ke sana ke mari, karena energinya masih besar, fitrahnya masih lurus itu yang seharusnya dimanfaatkan dengan baik. ”Jangan dicekoki dengan Youtube, jangan dicekoki dengan slot, game online, yang ternyata judi,” ujarnya.
Dia menjelaskan, bayi sampai usia tertentu sebelum Subuh sudah nangis minta diteteki. Itu fitrah bayi dan Allah setting sepertiga malam itulah anak kecil bangun dari tidurnya.
Kalau fitrah itu dijaga, maka anak bertahajud nggak berat. Gara-gara mulai kecil fitrah bangun tidurnya sudah diatur oleh orangtuanya anak jadi malas tahajud.
”Ketika anaknya bangun tidur, ibunya bilang: le,nduk pitik ae durung kluruk, ojo tangi disik (Nak, ayam saja belum berkokok, jangan bangun dulu ya,” selorohnya yang disambut tawa hadirin.
Penulis Dahlansae Editor Sugeng Purwanto