Jangan Terpecah-belah Hadapi Pemilu
Di bagian lain ceramahnya, Prof Zahro mengajak umat Islam untuk tetap bersatu menghadapi tahun politik 2024. “Sekarang adalah tahun politik, setiap tahun politik selalu ada odo-odo (huru-hara). Kita harus dewasa menyikapi semuanya. Pilihan kita tidak harus sama. Seperti bapak-bapak ibu-ibu yang memakai baju berbeda, tapi sebenarnya kita semua saudara. Kita akan makmur kalau rukun,” ujarnya.
Dia mengatakan, menjelang Pemilu 2024 situasi politik semakin memanas. Meski begitu kita tidak boleh dipecah-belah. “Kita adalah bangsa yang satu, bangsa Indonesia,” ujarnya.
Dia mengajak jamaah kajian untuk menjadi pemain di negeri sendiri, dengan menggunakan hal pilih. “Memilih pemimpin itu wajib. Jangan golput. Golput (golongan putih) itu sebenarnya goltam (golongan hitam),” terangnya.
“Pilihlah demi kejayaan bangsa. Demi izzul Islam wal Muslimin. Harus ada pemimpin yang adil yang menjadi idola kita. Kita harus terlibat dalam pemilihan pemimpin kita,” tambahnya.
Dia memberi contoh pemimpin yang tidak adil di masa lalu. “Fir’aun yang mengaku tuhan saja matinya tenggelam. Namrud yang mengaku tuhan dan menikahi ibunya juga mati karena hidungnya dimasuki lalat. Dan masih banyak tokoh tokoh zalim yang lain,” tegasnya.
Kajian Ahad Pagi dimulai dengan pengajian iftitah, pembacaan ayat suci al-Qur’an, menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, sambutan Ketua PDM Trenggalek, Wicaksono, serta sambutan Camat Pule, Dwi Ratna Widyawati AP MM.
Ratna berterima kasih atas dilaksanakannya Kajian Ahad Pagi yang menghadirkan tokoh nasional. “Dua kali Kajian Ahad Pagi telah mengundang tokoh nasional. Tahun lalu mantan Ketua KPK Busryo Muqoddas, dan sekarang Rektor Universitas Darul Ulum Jombang serta Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya Prof Dr Ahmad Zahro, memberikan pencerahan dan semangat untuk membangkitkan perekonomian umat Islam, umat yang menjadi mayoritas di negeri ini tetapi dalam perekonomian menjadi minoritas,” kata dia. (*)
Penulis Kamas Tontowi Editor Mohammad Nurfatoni