PWMU.CO – Seminar Nasional Halal Thoyyib dan Konsorsium Halal Center PTMA bertema Penguatan Kolaborasi Riset Halal Thoyyib Mendukung Industri Halal dan Menyongsong Indonesia sebagai Pusat Halal Dunia, Selasa (5/9/2023)
Dalam kegiatan yang dilaksanakan di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini hadir sebagai pembicara pada seminar Group CEO dan Founder Seruai Commerce Sdn Bhd Malaysia Amnah Shaari, dari Universitas Ahmad Dahlan Prof Dr Nurkhasanah MSi, dan Prof Ir Ilyas Masudin MLogSCM PhD.
Dalam kesempatan tersebut, Amnah menjelaskan, pengusaha, pemerhati dan pemerintah harus segera sadar dan bangkit untuk menggerakan ecosystem halal dan menerapkan halal pada produk yang beredar di Masyarakat.
“Hal ini dijkarena masyarakat sudah mempertimbangkan produks yang sudah halal untuk konsumsinya bahkan sejak 2007,” katanya.
Dia menuturkan, dia mempresentasikan dengan banyak data yang memantik percepatan industri halal di Indonesia dengan sajian tentang Enterprise Automation dan Optimasation, Global Integrated Digital Halal Ecosystem.
“Menurutnya bahwa 85% perodusen produk halal adalah non-Muslim. Penggunaan teknologi sebagaimana negara-negara lain, sebagai bagian sosialisasi produk halal yang tidak dapat dihindarkan dan mudah serta menyenangkan untuk penyerapan produk tersebut,” ujarnya.
Hal serupa juga disampaikan Nurkhasah. Dalam materinya dia mengungkapkan Indonesia dengan penduduk Muslim yang banyak, masih tergolong kecil memiliki produk halal, khususnya dalam bidang kosmetika.
Logistik Halal Haram
Bagi Ilyas menuturkan, suatu makanan menurut dalam prespektif rantai pasok (supplay chain) juga penting menjadi perhatian.
“Karena bisa saja makanan dan minuman halal bisa menjadi haram karena saat pengiriman bercampur dengan bahan yang tidak halal. Daging sapi misalnya saat diimport ke Indonesia saat pengiriman bisa saja bercampur dengan daging babi atau lainnya,” ujarnya.
Belajar dari pengalaman saat Covid melanda, lanjutnya, setiap kita seyogyanya menerapkan sadar halal seperti pada makanan yg harus dapat kita tracking sebagaimana masyarakat dapat mentracking makanan yang bebas virus (tidak terkontaminasi).
Dia menuturkan, penerapan pengetahuan masyarakat terhadap halal yang paling simpel dengan teknologi adalah pemasangan barcode pada produks yang dbisa digunakan masyarakat untuk mengetahui status kehalalan produk.
“Penerapan Supplay Chain terdapat prinsip traceabikity (keterlacakan), transparency (keterbukaan), tradability (kepercayaan) yang dipegang teguh oleh pelaku sejak pertama hingga akhir pengiriman barang,” jelasnya.
Dengan penerapan hal tersebut, sambungnya, sangat tidak mungkin ada kecurangan dalam penggunaan sertifikat halal pada produk yang dipasarkan. (*)
Penulis Abd Kholid. Editor Ichwan Arif.