Bersedekap Sewaktu Iktidal; Format Baru Fatwa-Fatwa Tarjih: Tanya Jawab Agama oleh Dr Zainuddin MZ Lc MA; Ketua Lajnah Majelis Tarjih dan Tajdid PWM Jatim dan Direktur Turats Nabawi, Pusat Studi Hadits.
PWMU.CO – Mohon penjelasan tentang bersedekap sewaktu iktidal.
Jawab: Memang akhir-akhir ini banyak surat yang sampai kepada kami menanyakan masalah serupa itu. Jawaban berikut ini untuk Anda dan untuk saudara-saudara kita yang lain, sehingga menjadi jelas duduk persoalannya.
Hadits Abu Humaid al-Sa’idi
وَعَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ عَطَاءٍ قَالَ: (كُنْتُ جَالِسًا مَعَ) (عَشَرَةٍ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) (فَذَكَرُوا صَلَاةَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, فَقَالَ أَبُو حُمَيْدٍ السَّاعِدِيُّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَنَا كُنْتُ أَعْلَمُكُمْ بِصَلَاةِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) … (ثُمَّ يَرْفَعُ رَأسَهُ فَيَقُولُ: سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ, ثُمَّ يَرْفَعُ يَدَيْهِ حَتَّى يُحَاذِيَ بِهِمَا مَنْكِبَيْهِ مُعْتَدِلًا) وَفِي رِوَايَةٍ: (ثُمَّ قَالَ: سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ – وَرَفَعَ يَدَيْهِ – وَاعْتَدَلَ حَتَّى يَرْجِعَ كُلُّ عَظْمٍ فِي مَوْضِعِهِ مُعْتَدِلًا
Muhammad bin Amr bin Atha’ berkata: (Sewaktu aku duduk) (bersama sepuluh sahabat) (mereka membicarakan shalat Nabi. Lalu Abu Humaid al-Sa’idi berkata: Aku yang lebih mengerti terhadap shalat Nabi) … (Lalu Nabi saw. mengangkat kepala dan membaca. Samiallahu li man hamidahu, dan Nabi sambil mengangkat kedua tangan hingga setantang kedua pundak secara tegak). Dalam riwayat lain: Kemudian Nabi mengucapkan, samillahu li man hamidahi, sambil mengangkat tangan, dan tegak berdiri sehingg setiap tulang kembali ke persendian semua secara tegak).
Dalam kitab Fikih Islami, karya Wahbah Zuhaili 1/658 dipaparkan sebagai berikut:
وَقَالَ أَبُوْ يُوْسُفَ وَالْأَئِمَّةُ الْآخَرُوْنَ: اَلرَّفْعُ مِنَ الرُّكُوْعِ وَاْلاِعْتِدَالُ قَائِمًاً مُطْمَئِنًّاً رُكْنٌ أَوْ فَرْضٌ فِي الصَّلَاةِ، وَهُوَ أَنْ يَعُوْدَ إِلَى الْهَيْئَةِ الَّتِيْ كَانَ عَلَيْهَا قَبْلَ الرًّكُوْعٍ
Abu Yusuf dan para imam (ahli fiqh) yang lain berkata: Bangun atau bangkit dari ruku’ dan i’tidal dalam keadaan berdiri dan penuh tuma’ninah adalah rukun atau fardhu shalat. Yaitu ia kembali kepada keadaan semula sebelum rukuk.
Baca sambungan di halaman 2: Kesimpulan