PWMU.CO – Pesmaba UMM atau Pengenalan Studi Mahasiswa Baru Universitas Muhammadiyah Malang senantiasa ditunggu oleh banyak khalayak. Bukan hanya oleh mahasiswa baru UMM, tapi juga masyarakat dan mahasiswa kampus lain. Hal itu berkat banyaknya kejutan dan kretivitas berbeda tiap tahunnya.
Di 2023, inovasi baru kembali ditampilkan dalam pembukaan Pesmaba UMM, Selasa (12/9/2023) Jika tahun lalu menyuguhkan jasmob dan flashmob secara statis, maka di 2023 ini 6.000 mahasiswa UMM memberikan sentuhan unik, yakni Jas Merah Mob yang dinamis. Jadi, gerakan yang ada memungkinkan formasi dapat bergerak dengan motion.
Jas Merah Mob ini juga unik dan berbeda karena tidak menggunakan kertas atau paper. Para maba hanya menggunakan warna pada topi serta almamater yang dikenakan. Hal ini tentu menjadi cara UMM untuk mendukung gerakan green and clean dalam bidang lingkungan.
Pesan-pesan yang diberikan beragam dan bermakna dalam, utamanya terkait Sustainable Development Goals (SDGs). Bahkan menampilan semua 17 logo SDGs yang menjadi target dunia. Ini juga mengukuhkan UMM sebagai kampus yang mendukung penuh upaya mencapai target-target tersebut.
Pesan Jas Merah Mob
Rektor UMM Prof Dr Fauzan MPd mengatakan konsep ini mempertegas kepada masyarakat bahwa UMM terus berupaya merealisasikan SDGs untuk kemajuan bangsa. Apalagi selama ini Kampus Putih juga turut serta aktif dalam berbagai poin penting SDGs, seperti bidang pangan, energi, air, dan bidang lainnya.
Fauzan juga mengatakan bahwa Pesmaba merupakan suatu yang penting sebagia pondasi awal mahasiswa. Bagaimana mereka bisa meraih potensi dan mendalami passion masing-masing. Sehingga pada akhirnya juga akan memberikan kontribusi dan solusi bagi masyarakat luas.
Belasan formasi tersebut tak lepas dari koordinator JasMerahMob Jamroji SSos MComms. Ia mengatakan ada 32 formasi yang sukses diperagakan oleh lebih dari 6.000 mahasiswa baru UMM. Ada formasi yang membentuk tulisan generasi tangguh, logo asean, logo SDGs, Center for Future Work, UMM Pasti, No Poverty, dan berbagai bentuk lainnya. Jumlah formasi yang banyak memang memberikan tantangan dan kesulitan tersendiri untuk Jamroji dan tim.
“Kami harus membuat kode-kode khusus di lapangan yang mana memungkinkan gerakan dinamis. Sehingga saat ditayangkan, gambar bisa bergerak dan tidak patah-patah. Alhamdulillah, mahasiswa baru, tim, dan voluunter bisa bersama-sama kompak dalam menjalankan tiap gambar yang ada,” kayta dosen Ilmu Komunikasi tersebut. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni