Pelanjut Dakwah
Jerman menjabat PRM Keduyung cukup lama, yaitu tahun 1969-1995. Selain itu menjadi Wakil Ketua PCM Laren periode 1995-2000.
Menurut Masroin Assafani MA, Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan, Ahmad Thohir adalah tokoh yang ulet.
Ia menceritakan sewaktu masih bersama almarhum menjabat di Wakil PCM Laren tahun 2000. “Di saat-saat itu Mbah Thohir ulet dalam memperjuangkan organisasi. Kalau dikatakan fanatik ya fanatik (dalam fikih),” ujarnya.
Tapi, sambungnya, untuk muamalah beliau bekerja sama dengan lintas organisasi. Sangat piawai dan juga sangat tegas dalam memutuskan sesuatu, sesuai yang sudah diputuskan oleh Muhammadiyah, baik dari pimpinan pusat maupun pimpinan daerah.
“Itu adalah karakter seorang tokoh yang saya kenal saat itu,” ujar Ustadz Roin, sapaan pria asal Desa Sapan, Kecamatan Laren yang hijrah ke Keduyung dan menikahi gadis setempat.
Roin punya pengalaman yang berkesan dengan Ahmad Thohir. “Ketika itu saya menikah tahun 1997. Beliau yang memanggil saya Dik Roin mengharapkan saya sebagai kader pelangsung,” tuturnya.
Dia melanjutkan, “Karena di mata beliau saya dari remaja sudah aktif di Pimpinan Cabang (PC), Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM). Dan di usia 17 tahun saya sudah aktif khotbah di mana-mana,” kenang dia.
“Keteladanan Mbah Thohir perlu terus kita tindaklanjuti dan kita tularkan pada generasi-generasi berikutnya,” pesan dia.
Dia sangat bersyukur karena di antara putra-putri almarhum banyak berkiprah di dunia dakwah, khususnya di Muhammadiyah. Seperti Hj Nurfadlilah yang menjadi Wakil Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Gresik.
Atau M. Yazit Nurkhafidzi anggota Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) PDM Gresik dan Mohammad Nurfatoni Pemimpin Redaksi PWMU.CO, Wakil Ketua MPID PWM Jatim dan anggota Majelis Dikdasmen dan PNF PDM Gresik.
Juga Slamet Hariadi, Ketua Majelis Pustaka Informasi dan Digital (MPID) PCM Laren dan anggota Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PDM Lamongan. Sementara anak dan menantu yang lain juga aktif dalam dakwah di masyarakat.
Soal anak-anaknya itu, Ustadz Roin punya kisah menarik bagaimana perhatian Ahmad Thohir pada anak-anaknya. “Saat itu saya berdua bersama almarhum setelah salat Subuh. Mbah Thohir berbagi pengalaman pada saya,” ujarnya.
Ternyata Ahmad Thohir rutin mendoakan anak-anaknya setiap pagi dan sore dengan membaca al-Fatihah. “Ketika pada bacaan iyyaka na’ budu wauyyaka nastain beliau menyebut anaknya satu persatu. Bukan bermaksud apa dan apa, namun dengan al-Fatihah ini almarhum berharap anak-anaknya bisa mentas kabeh(jadi orang semua),” ceritanya.
Roin mengatakan, saat itu dirinya juga diminta mengamalkan bacaan Surat al-Fatihah itu. “Di samping itu saya disuruh membaca doa-doa lain di antaranya ‘Rabbana hablana min azwajina wadzurriyatina qurrata’ayun waj’alna lil muttaqina imama‘. Juga Rabbij’alni muqimashalati wa min dzurriyati Rabbana wa taqabaldu‘,” ungkapnya.
“Dari sini saya mengambil inspirasi pada beliau bahwa di samping gigih dalam perjuangan, juga sangat memperhatikan anak-anaknya menjadi orang di luar perjuangan, tapi anak-anaknya menjadi pelangsung dari perjuangan beliau,” ujarnya. Roin menambahkan, tidak hanya untuk keluarga, Jerman juga sering memikirkan orang lain dengan menjodokan dalam perkawinan. “Selain, Mbah Thihir juag suka membantu kesulitan orang lain,” katanya.
Baca sambungan di halaman 6: Sejarah AUM Keduyung