Sejarah AUM Keduyung
Menurut Ustadz Roin, Ahmad Thohir juga pandai menumbuhkan jiwa ke AUM-an ” Jadi AUM (amal usaha Muhammadiyah) itu juga sangat diperhatikan,” terangnya dalam perbincangan dengan penulis, Ahad (10/9/2023).
Beberapa AUM Keduyung yang ada tak lepas dari peran Ahmad Thohir adalah Masjid At-Taqwa, Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM), Balai Pengobatan (BP) Islam PKU Muhammadiyah, dan SMP Muhammadiyah 17 Keduyung.
“BP Islam PKU Muhammadiyah Keduyung adalah atas kerja keras beliau dan teman-teman. Beliau sangat getol mengatur AUM utamanya di Keduyung,” ujarnya.
Sementara itu tokoh Muhammadiyah Zainul Arifin menceritakan BP Islam PKU Muhammadiyah berdiri diawali dari kenyataan bahwa Desa Keduyung terletak jauh dari kota, yakin 35 kilometer dari Lamongan atau 17 kilometer dari Babat. “Padahal hanya di dua kota itulah terdapat rumah sakit,” kenangnya, Senin (11/9/23).
Menuju perjalanan di dua kota itu pun tidak mudah, dibutuhkan perjuangan yang berat. Karena saat itu akses jalan poros masih berupa tanah lumpur. Kalau hujan sepeda motor apalagi mobil tidak bisa jalan. “Sebagai alternatif pengganti transportasi yang bisa digunakan berupa angkutan perahu dengan waktu tempuh dua jam lebih untuk sampai ke Babat,” cerita dia.
Akibatnya jika penduduk desa dan sekitarnya sakit, sulit mendapat pertolongan. Karena itulah kemudian Ahmad Thohir dan H. Mashadi mendirikan Pos Balai Pengobatan Islam PKU Muhammadiyah Keduyung pada tanggal 26 Mei 1969. H Mashadi adalah warga Desa Jabung tapi punya rumah dan toko di Desa Keduyung yang terkenal dengan Pasar Pon-nya.
Zainal Arifin menjelaskan, di luar dugaan animo masyarakat Desa Keduyung dan sekitarnya sangat besar. Pada pembukaan ada 159 pasien yang berobat. “Pos Balai Pengobatan ini menumpang di rumah Muhtarom-Siti Aminah selama empat bulan dan selalu dikunjungi banyak pasien,” kisahnya. Siti Aminah adalah adik kandung Siti Fatimah, istri Ahmad Thohir.
Sehingga pada bulan April 1970 BP Islam PKU Muhammadiyah bisa membeli tanah beserta rumah untuk ditempati sebagai hak milik AUM kesehatan PRM Keduyung.
“Dalam perjalanan waktu, tepatnya tahun 1995 gedung Balai Pengobatan dibongkar dan dibangun permanen dengan bangunan lantai dua,” kata Zainal Arifin yang menjadi Wakil PRM Keduyung periode 2015-2022 itu.
Nurfadlilah menceritakan, saat awal operasionalnya BP, para dokter muda dari Surabaya dan perawat yang didatangkan dari BP Muhammadiyah Lamongan, semuanya diinapkan di rumah ayahnya, Ahmad Thohir.
“Kami menjamunya dengan makanan khas Keduyung termasuk soto khas yang enak dan lezat. Saya yang saat itu masih SD selalu menyiapkan dan menata seprai serba putih hasil setrikaan jasa orang Desa Pesanggrahan yang halus karena pakai kanji,” ceritanya. Pergaulannya dengan para dokter itu membuatnya bisa mengobati pasien. Jerman pernah membuka ‘praktik’ pribadi sebagai manteri kesehaltan.
Baca sambungan di halaman 7: Cari Bantuan Masjid sampai Bina Graha