Dorong Aisyiyah Dirikan Rumah Bersalin
Menurut Masroin Assafani, Rumah Bersalin (RB) Aisyiyah Keduyung itu mendapat dukungan luar biasa dari Ahmad Thohir alias Jerman.
Berdirinya RB ini berawal kajian-kajian yang diadakan ibu-ibu Aisyiyah Laren barat yang di berikan. Dari kegiatan itu lahirlah gagasan mendirikan RB Aisyiyah.
Ketua Pimpinan Ranting Aisyiyah (PRA) Keduyung tahun 1977-2010 Liswati menceritakan RB berdiri tahun 2001. “Diawali keinginan ibu-ibu Aisyiyah punya rumah bersalin. Dengan alasan supaya ibu-ibu yang mau melahirkan tidak jauh-jauh ke rumah sakit,” ujarnya.
Dia menceritakan, awal pendiriannya RB ini hasil sinergi dengan Pimpinan PRA di Laren barat. “Kami menggalang iuran masing-masing ranting di antaranya Keduyung, Pesanggrahan, Jabung, Sapan, Dateng, Centini, dan Durukulon,” ceritanya.
Pembangunan RB ini menempati lahan milik BP seluas 330 M2 yang terletak di Tambangan Keduyung. Adapun gedung RB seluas 115 M2.
Di dalam perjalanan, untuk memudahkan dalam pengelolaan manajemennya dan juga atas saran dari Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan (RSML), pada tanggal 29 Desember 2005, manajemen RB digabungkan satu atap BP dan kini namanya menjadi Klinik Pratama Rawat Inap Muhammadiyah Keduyung.
Setelah penggabungan itu klinik bisa melanjutkan pembangunan lantai dua, sehingga total bangunan RB menjadi 330 M2. Kini klinik pun bisa membeli tanah di sampingnya seluas 390 M2.
Tokoh Anti-TBC
Selain tercatat sebagai pendiri Muhammadiyah dengan AUM-nya, Ahmad Thohir termasuk salah satu tokoh yang berhasil ‘membersihkan’ desa dari TBC.
Mbogo tempat nyadran yang disakralkan itu akhirnya kini menjadi sawah biasa. Dan Jerman termasuk salah satu yang ‘membumikannya’ di tahun 1978. Seperti dituturkan anak kelimanya M Yazid Nurkhafidzi.
“Pohon di Mbogo ditebang bapak sampai habis. Saya dan adik-adik yang ngusungi (mengangkut) kayunya ke rumah. Di rumah kayunya diperkul (dipotong) jadi kecil-kecil untuk kayu bakar sampai berbulan-bulan di rumah,” cerita di Senin (11/9/23).
Yazid juga masih ingat jika Ahmad Thohir ikut menginisiasi pendirian PRM Pesanggrahan, Jabung, Mojoasem, dan Siser—empat tetangga Desa Keduyung.
Kini Desa Keduyung yang terletak di tepi Bengawan Solo itu, bukan saja bersih dari dari tradisi yang menyimpang, juga dikenal sebagai desa dengan AUM yang lengkap. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni