PWMU.CO – Jangan zalimi pesilat karena keputusan yang tidak adil dan jujur. Inilah pesan khusus Pendekar Besar Tapak Suci UM Surabaya H Fanan Hassanudin kepada para wasit-juri yang bertugas dalam ajang kejuaraan ‘5th UM Surabaya Nasional Silat Championship 2023’.
Pesan itu mengemuka pada sambutannya di sesi pembukaan, Selasa (12/9/2023) pukul 09.30 pagi. Lokasinya di Hall at-Tauhid Building lantai 13, Kampus Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya. Saat itu dia juga mengenalkan Dr dr Sukadiono, Rektor UM Surabaya yang berasal dari Tapak Suci. “Alhamdulillah, kegiatan ini adalah bukti betapa cintanya beliau terhadap Tapak Suci,” ucap pendekar senior Fanan.
Fanan lantas mengucapkan, “Insan pendekar Tapak Suci berterima kasih sekali kepada Rektor UM Surabaya yang telah berkenan menyediakan fasilitas luar biasa demi kesuksesan penyelenggaraan kejuaraan kali ini.”
Dia juga menyampaikan, pencak silat itu meliputi tiga komponen yang bisa menjadikan prestasi. Yakni wasit juri, pelatih, dan pesilat itu sendiri.
Pertama, pesilat sebagai pelaku peraih prestasi. “Tentu tanpa ada pesilat yang bagus, yang berjalan dengan baik, tidak akan pernah ada prestasi,” tegas Fanan.
Kedua, lanjut Fanan, prestasi pesilat akan muncul ketika pelatihnya juga seseorang yang punya wawasan tentang kepelatihan yang bagus. Ketiga, wasit-juri yang bertindak adil dan jujur. “Tanpa hadirnya wasit-juri adil dan jujur, jangan berharap ada prestasi,” imbuhnya.
Maka dia berpesan, jangan sampai mendzalimi pesilat. “Tidak akan mencium bau surga bagi siapa saja yang mendzalimi orang lain, sebelum dia minta maaf. Dalam semua penataran, saya selalu memberikan pesan khusus ini kepada wasit-juri,” ungkapnya.
Dia juga berpesan, jangan mengendurkan semangat pesilat dengan putusan yang tidak adil dan jujur. “Ini bisa merusak mental pesilat,” kata Fanan bersambut tepuk tangan seluruh hadirin.
Berikutnya, Fanan berpesan kepada peserta. “Ini sebagai motivasi bagi kalian untuk bertanding dalam kancah pertandingan yang lebih besar lagi. Ini perlu diasah adik-adik di sini agar sering mengikuti kejuaraan,” tutur Fanan yang juga salah satu unsur wasit-juri dalam ajang tersebut.
Fanan juga berharap, ajang ini bisa dimanfaatkan sebagai pembelajaran bagi para wasit-juri dalam melaksanakan peraturan yang baru. Dengan jam terbang, para wasit-juri bertugas secara baik dan benar.
“Ini adalah pembelajaran bagi wasit-juri yang akan membawa beliau kepada jenjang selanjutnya, tingkat karier selanjutnya. Maka wasit-juri yang bersifat kritis insyaallah akan mencapai jenjang nasional,” kata Fanan yang diamini hadirin. (*)
Penulis Muhammad Syaifudin Zuhri Coeditor Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni