Muhammadiyah Kaya Raya Berjamaahl; Kolom oleh Prima Mari Kristanto; Akuntan Publik, Akuntan Publik, Pengamat Ekonomi dan Sosial Politi
PWMU.CO – Menarik untuk menanggapi berita Muhammadiyah Kaya tapi Miskin Pengusaha yang dimuat PWMU.CO, Kamis (14/9/2023). Salahnya di mana? Ormas yang kegiatan utamanya bidang dakwah, pendidikan, sosial, dan kesehatan apa pentingnya punya banyak pengusaha?
Jangankan di ormas, dalam level negara saja jumlah pengusaha tidak harus banyak. Ada teori yang menyebut jumlah pengusaha di suatu negara cukup 2 persen dari populasi penduduk. Ada juga teori yang menyebut hanya perlu 4 persen, 5 persen, 10 persen, dan tertinggi 14 persen dari total populasi suatu negara.
Artinya jumlah yang bukan pengusaha lebih banyak. Harus tetap ada yang berprofesi sebagai guru, dosen, dokter, perawat, bidan, ustadz, tentara, polisi, politisi, pegawai negeri, pegawai swasta, seniman, dan sebagainya.
Sebagai ormas terkaya di Indonesia, bahkan di dunia, Muhammadiyah disebut belum memiliki banyak pengusaha. Sayangnya narasi demikian tidak disertai data berapa jumlah pasti warga Muhammadiyah dan Aisyiyah, kader juga simpatisan. Berapa pula jumlah pengusaha yang jadi warga Muhammadiyah, kader. dan simpatisan.
“Menurut JK Muhammadiyah menjalankan manajemen holding, sementara ormas lain menjalankan manajemen franchise.”
Dalam beberapa kali muktamar, usaha menjadikan ekonomi sebagai pilar keeempat setelah pendidikan, sosial, dan kesehatan terus dirumuskan dan disuarakan. Muhammadiyah merasa masih perlu menambah jumlah warga dan aktivis yang berlatar pengusaha. Memperbanyak jumlah pengusaha sebagai suatu visi yang mulia, di mana risalah Islam pertama kali diwahyukan kepada seorang pengusaha sukses, Muhammad ‘al-Amin’ bin Abdullah.
Gelar al-Amin diberikan masyarakat kepada Muhammad bin Abdullah berkat kecakapan dan kejujuran dalam berdagang. Berturut-turut kemudian risalah Islam disampaikan dan diterima dengan baik oleh sahabat utama Abubakar ash-Siddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah dan lain-lain.
Sebagian besar sahabat utama, kecuali Ali bin Abi Thalib adalah pelaku usaha, pedagang atau perajin. Setelah dakwah berkembang luas, beragam sahabat mulia yang ikut berjuang menegakkan dakwah Islam semakin banyak dari kalangan bukan pengusaha. Bilal bin Rabbah dari kalangan budak miskin, Abizar Al-Ghifari memiliki kecenderungan menjauhi harta dan kenikmatan duniawi, bahkan khalifah Ali bin Abi Thalib dikenal miskin harta, tetapi kaya akan ilmu.
Mencermati keberadaan ormas Muhammadiyah yang disebut kaya raya, menurut Jusuf Kalla (Pak JK) karena Muhammadiyah menjalankan manajemen holding. Sementara ormas lain menjalankan manajemen franchise.
Manajemen holding artinya membangun aset organisasi secara berjamaah dalam satu nama Muhammadiyah, Aisyiyah dan afiliasinya. Demikian juga secara kepemilikan aset, juga utang dimiliki serta menjadi kewajiban jamaah.
Baca sambungan di halaman 2: Jiwa Bonek Muhammadiyah