Terkunci di Ruangan
Fatoni, sapaannya, menjelaskan berita menarik bisa juga karena memiliki kedekatan dengan pembaca. “Misalanya berita tentang prestasi Muhammadiyah akan menggugah psikologi pembaca Muhammadiyah,” ujarnya.
Hal terakhir yang perlu diperhatikan dalam menulis berita adalah memenuhi 5W+1H (what, when, who, where, dan how) yang datanya dapat diverifikasi kebenarannya. Hal yang perlu diperhatikan adalah pada unsur apa, kapan, di mana, siapa, merupakan empat unsur minimalis yang dapat mempermudah penulis untuk mengembangkan cerita pada berita yang kemudian diperdalam denga ‘apa’ dan ‘bagaimana’.
Selama pelatihan berlangsung, peserta juga dilatih untuk menulis secara bertahap. Proses pelatihan dimulai dengan menulis apa saja yang ingin peserta tulis, dilanjut dengan membuat ‘berita pamflet’ (lead berita), dan diakhiri dengan membuat berita utuh tentang kegiatan pelatihan hari ini.
Menurut Fatoni, karena acara ini bernama pelatihan, bukan khotbah, maka harus ada hasil yang nyata, berana tulisan. Berita yang ditulis oleh peserta merupakan syarat peserta pelatihan bisa meninggalkan ruangan.
“Tolong, pintu ruangan dikunci,” katanya bercanda. Peserta pun gerrrrrr.
Selama kegiatan berlangsung, peserta berinteraksi secara aktif dengan narasumber. hal tersebut terlihat dari antusiasme peserta yang hadir, juga hadiah-hadiah yang diberikan seperti buku dan kaos semakin menambah keseruan pelatihan publikasi hari ini.
Di akhir acara Fatoni memberii apresiasi kepada peserta yang telah menyelesaikan semua tugas hari itu. “Alhamdulillah, ternyata semua bisa menulis berita. Bagus-bagus, tinggal disempurnakan. Jangan khawatir kalau dikirim ke PWMU.CO akan disempurnakan oleh editor. Jadi setelah ini jangan takut menulis,” katanya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni