Serunya Arung Jeram
Setelah itu, rombongan terbagi menjadi beberapa kloter keberangkatan. Ada sebelas perahu karet yang mereka tumpangi. Satu per satu peserta naik perahu.
Pada masing-masing perahu ada seorang instruktur yang memandu. Instruktur ini ambil posisi duduk di paling belakang. Mereka meminta peserta duduk di kanan dan kiri perahu seperti menunggang kuda. Instruktur pula yang mengajari cara memegang perahu karet dan mengendalikan perahu yang melaju di arus deras sungai.
”Bapak Ibu tangannya pegangan erat, ya!” teriaknya mengomando. Satu perahu akhirnya melaju dengan cepat. Para penumpangnya langsung berteriak lepas, antara asyik dan takut.
Perahu-perahu lainnya segera meluncur, menyusul berjalan kencang mengikuti alur sungai. Meliuk-liuk melewati bebatuan besar. “Wah, asyik!” teriak para peserta saat melewati jeram dan terhempas basah kuyup.
Perahu lainnya melaju mengarungi jeram, kemudian berbelok menabrak batu. Awak perahu segera mendayung balik untuk terlepas. Perahu lantas meluncur lagi. Satu perahu dengan tiga penumpang lainnya asyik menikmati ombang-ambing arus sungai. Arus air lumayan deras dan bebatuan besar di sungai ini sama-sama memacu adrenalin.
Menaiki perahu karet berkelok-kelok di antara bebatuan dengan aliran sungai ini sangat mengesankan. Edy mengakui, awalnya dia agak takut melihat arus sungai karena tidak bisa berenang. “Ketika pakai rompi pelampung dada, saya deg-degan keras sekali. Setelah naik perahu dan basah, terasa seru dan asyik!” ungkapnya. (*)
Penulis Rahmat Syayid Syuhur Coeditor Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni