PWMU.CO – Menyambung kekerabatan menjadi topik Kajian Jumat malam Sabtu (Jumasa ) di Masjid Fastabiqul Khoirot PRM (Pimpinan Ranting Muhammadiyah) Gedangsewu Pare Kediri, Jumat (15/9/2023).
Kajian rutin ini menghadirkan pembicara Ustadz Muhammad Bilal SKom MCs. Dipandu oleh pembawa acara Didik Tri Nur Wahyudi.
Ustadz Bilal membuka kajian dengan hadits riwayat Bukhori.
”Siapa saja yang ingin dilapangkan rezekinya, dan tetap dikenang baik setelah wafatnya, dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung hubungan kekerabatan atau silaturahim,” kata Ustadz Bilal lulusan UGM.
Hadits ini, sambung dia, menunjukkan orang Islam itu banyak mendapatkan kebaikan di dunia maupun akhirat. ”Jangan dibayangkan jadi orang Islam itu urip sara nang ndunyo ora op- opo, sing penting nang akhirat mlebu suwarga (Hidup di dunia sengsara tidak masalah, yang terpenting ketika di akhirat masuk surga), prinsip ini tak pas buat orang Islam,” katanya.
Menurut dia, itu artinya nrimo ing pandum, pasrah tanpa usaha, padahal dalam urusan dunia, kita didorong, dimotivasi, diiming-imingi, untuk menjalani hidup di dunia dengan penuh kebahagiaan, meraih segala sesuatu yang bermanfaat, dengan ending bahagia dunia akhirat. Biasanya kebahagiaan itu ditandai adanya kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas.
Dosen Universitas PGRI Nusantara Kediri itu lantas menjabarkan, kerja cerdas merupakan satu tingkat lebih tinggi dari kerja keras, kerja cerdas tidak hanya mengandalkan fisik atau tenaga yang kuat, melainkan adanya peran otak dalam berpikir untuk mengambil suatu tindakan secara lebih efektif dan efisien,” ujarnya.
Sedangkan kerja ikhlas meliputi kerja keras dan kerja cerdas. Kerja cerdas berarti bekerja sebaik mungkin dengan hasil yang lebih besar untuk usaha yang sama. Atau hasil yang sama dengan usaha yang lebih sedikit.
”Kerja ikhlas berarti kita harus bekerja dengan hati, dengan niat yang tulus semata mata untuk ibadah dan mengharap ridho Allah,” tuturnya.
Anggota LPCR PDM Kabupaten Kediri ini mengatakan, salah satu hikmah silaturahim atau menyambung kekerabatan antara lain melancarkan rezeki, sehingga orang yang rajin silaturahim terhindar dari sifat mementingkan diri sendiri (egois).
Silaturahim adalah kata serapan yang berasal dari bahasa Arab yaitu sillah ar-rahim. Silah artinya hubungan atau tali. Ar-rahim adalah rahim. Sehingga silaturahim memiliki makna yang erat kaitannya dengan hubungan kekeluargaan yang memiliki hubungan darah atau satu rahim.
Yang dimaksud ar-rahim adalah rahim wanita yaitu tempat janin berkembang dan terlindungi (dalam perut wanita), dan istilah ar-rahim digunakan untuk menyebutkan karib kerabat, karena mereka berasal dari satu rahim.
”Silaturahim adalah berbuat baik kepada kerabat sesuai dengan kondisi orang yang ingin menyambung, dan kondisi orang yang ingin disambung, kadang berupa kebaikan dalam bentuk materi, harta, kadang dengan memberikan bantuan tenaga, kadang dengan menjenguknya, dengan menyapanya,” ujarnya.
Anggota Majelis Tabligh PCM (Pimpinan Cabang Muhammadiyah) Pare ini juga menjelaskan, salah satu jalan untuk mendapatkan rezeki adalah menyambung kekerabatan, silaturahim kepada kerabat hingga tujuh turunan. Mulai dari saudara kandung, orang tua, seperti ayah ibu, kakek nenek , buyut , canggah, wareng, udeg udeg, gantung siwur.
“Kalau ada kekerabatan hingga tujuh turunan seperti ini menjadi keluarga besar,” ujarnya.
Mengakhiri ceramahnya, Ustadz Bilal mengutip surat al-Baqarah ayat 233. ”Ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna. Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut seseorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya.
Janganlah seorang ibu menderita karena anaknya dan jangan pula seorang ayah menderita karena anaknya.
Penulis Dahlansae Editor Sugeng Purwanto