PWMU.CO – Arti tiga kalimat Sya’ban menjelang kematiannya dibahas dalam Gerakan Perempuan Mengaji (GPM) Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Wringinanom Gresik Jawa Timur, Ahad (17/9/2023).
Menghadirkan pembicara Mufidatul Latifah SPd, GPM bulan ini bertempat di Pimpinan Ranting Aisyiyah (PRA) Njuwet Sembung tepatnya di Masjid At Taqwa yang dihadiri sebanyak delapan Ranting.
Fida sapaan akrabnya mengawali tausiyahnya dengan bercerita kisah sahabat Rasulullah yang bernama Sya’ban. “Ia adalah salah satu sahabat Rasul yang selalu datang lebih awal dan terdepan dalam shalat berjamaah dengan Rasulullah,” ucapnya.
Dia melanjutkan ceritanya, suatu ketika Sya’ban tidak hadir dalam shalat, Rasul pun bertanya kepada sahabat lainnya tentang kabar dan keberadaan Sya’ban. Tak ada satupun sahabat yang mengetahuinya.
“Akhirnya Rasulullah dan para sahabat mendatangi rumah Sya’ban, di sana disambut sang istri Sya’ban dan menyampaikan bahwa Sya’ban telah meninggal dunia,” jelasnya.
Istri Sya’ban kemudian bertanya kepada Rasulullah tentang arti tiga kalimat yang diucapkan Sya’ban sebelum meninggal yaitu mengapa tidak lebih jauh, mengapa tidak lebih banyak, dan mengapa tidak lebih baru.
Rasulullah pun menjelaskan ketiga kalimat tersebut, Sya’ban ketika menjelang kematiannya, ditampakkan oleh Allah pahala amalan yang dia kerjakan semasa hidupnya.
Pertama, kontributor PWMU.CO ini melanjutkan ceritanya, mengapa tidak lebih jauh bahwasanya Sya’ban berharap jarak masjid dan rumahnya mengapa tidak lebih jauh, karena semakin jauh jarak masjid dari rumahnya semakin besar pahala.
“Kedua, mengapa tidak lebih banyak karena pahala sedekah sepotong roti yang dia berikan kepada orang ketika perjalanan ke masjid ditampakkan. Dia berkeinginan memberikannya kedua roti yang ia bawa,” ucapnya.
Ketiga, Wakil kepada SD Muwri bidang Marketing ini menyambung ceritanya mengapa tidak lebih baru, karena ia ditampakkan pahala ketika Sya’ban memberikan pakaiannya kepada orang lain.
Keutamaan Sedekah
Dia menuturkan sedekah banyak keutamaannya, antara lain sedekah merupakan amalan yang paling utama. “Di hari esok kelak amalan sedekah Allah akan tampakkan dan sebagai amalan yang utama,” katanya.
Dia menyampaikan, Umar bin Khattab RA berkata Sesungguhnya amalan-amalan itu di hari akhir saling membanggakan diri dari satu sama lain. Keutamaan lainnya, lanjutnya, sebagai penolak bala. “Dengan sedekah akan menghindarkan kita dari musibah dan bala bencana,” ujarnya.
Dalam hal ini, Ibnu Qoyyum Azzauzi Rohimallah mengatakan Sesungguhnya sedekah bisa memberikan pengaruh yang menakjubkan untuk menolak berbagai macam bencana.
Dia melanjutkan dengan berkisah pada zaman Nabi Saleh, ada seorang yang jahat dan suka mengganggu orang lain. Suatu ketika buntelan yang selalu ia bawa bepergian dimasukkan seekor ular oleh seorang yang jail.
Seharian dia pergi ke mana pun membawanya dengan aman tanpa gangguan ular. Nabi Saleh pun bertanya pada seorang tersebut, gerangan amal apakah yang kau lakukan? Orang jahat tersebut menjawab, ketika dia di perjalanan membawa dua buah roti, sebuah saya makan, satunya lagi saya berikan kepada orang lain. Nabi Salih pun berkata, Allah telah menyelamatkanmu.
“Pahala sedekah berlipat ganda, sesuai janji Allah di Quran Surat al-Baqarah ayat 261 Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah, seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada tiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha luas, Maha mengetahui.”
Di bagian penutup dia bercerita tentang pengalamannya tentang sedekah. Bahwasanya dia mempunyai kebiasaan dan wajib baginya pada akhir bulan memberi uang kepada ibunya yang ada di kampung.
“Suatu saat Ibu menolak pemberi saya dengan alasan sudah mempunyai cukup uang dari hasil panen sawah,” katanya.
Singkat cerita dia pulang membawa uang tersebut, dan ketika itu dia sedang membangun rumah. Keesokan harinya dia dapati 10 sak bahan bangunan atau semen yang berada di depan rumahnya telah raib.
“Saya langsung menghubungkan kejadian itu dengan uang yang ditolak Ibu, ternyata Allah masih mempunyai hak atas uang tersebut,” tandasnya. (*)
Penulis Kusmiani. Editor Ichwan Arif.