Tidak untuk Memuhammadiyahkan Mahasiswa
Aspek ketiga, kemuhammadiyahan, yang merupakan nilai yang dipegang oleh Umsida dan perguruan tinggi Muhammadiyah dan Asiyiyah lainnya. Prof Jainuri menekankan pentingnya berinteraksi dengan sesama mahasiswa yang memiliki latar belakang etnik, budaya, dan keyakinan yang berbeda.
Ia menegaskan Muhammadiyah tidak memiliki niat untuk memuhammadiyahkan mahasiswa, tetapi untuk memahami dan menghormati perbedaan.
“Bukan untuk memuhammadiyahkan saudara-saudara, kami memahami bahwa yang hadir di Umsida memiliki latar belakang keyakinan agama yang berbeda. Ini perlu kami sampaikan,” ujarnya.
Dia menegaskan, Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah mengingatkan, sekali lagi, kepada perguruan tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah untuk mewanti-wanti agar tidak ada kesan bahwa mahasiswa yang masuk di perguruan tinggi Muhammadiyah akan ‘dimuhammadiyahkan’.
“Tidak ada paksaan dalam Muhammadiyah. Tetaplah sebagaimana Anda sendiri, yang penting adalah dasar komunikasi dan interaksi dengan sesama harus dipegang,” Ujar dia.
Prof Jainuri menekankan bahwa tiga aspek tersebut sangat penting sebagai bekal untuk menciptakan Indonesia yang maju. Menueutnya mahasiswa adalah generasi yang produktif untuk mengeksplorasi dan mengelola kekayaan Indonesia. Selain itu, ia menyoroti perubahan demografis di negara-negara industri Asia dan pentingnya mahasiswa Indonesia menjadi kompeten di bidangnya.
“Tiga aspek itu tadi sangat penting dan akan menjadi bekal bagi adik-adik mahasiswa Umsida dalam memajukan Indonesia. Melalui kompetensi ilmu yang diperoleh, adik-adik diharapkan dapat berkontribusi dalam menyongsong visi Indonesia sebagai negara yang maju, sesuai dengan target pemerintah pada tahun 2045,” pesannya.
Baca sambungan di halaman 3: Bekerja di Luar Negeri