Bekerja di Luar Negeri
Sekarang ini, sambungnya, kita perlu bertanya berapa banyak dari tenaga kerja yang akan menggali potensi kekayaan kita yang berasal dari adik-adik mahasiswa? Belum ada, sebagian besar masih mengandalkan tenaga kerja asing. “Namun, kita harus menyadari bahwa di tahun 2045, adik-adik yang sekarang akan menjadi generasi yang dikatakan produktif untuk mengeksplorasi dan memanage kekayaan yang dimiliki Indonesia,” kata dia.
Achmad Jainuri menambahkan tentang permasalahan demografis yang sedang terjadi, yaitu pertumbuhan penduduk di Indonesia. Oleh karena itu, melalui pendidikan seperti yang diberikan oleh Umsida, kita berpotensi menjadi generasi emas. Di sisi lain, negara-negara seperti China, Jepang, Korea, bahkan Singapura, saat ini menghadapi penurunan generasi kerja yang selama ini telah menjadi pemasok hasil produksi global.
Dalam 5-10 tahun mendatang, dia memprediksi, semua tidak akan lagi menikmati hasil produksi industri dengan harga rendah seperti yang dinikmati saat ini. Ke depan akan mahal karena tenaga kerja akan langka. Dia menambahkan kebijakan pembatasan kelahiran di China, serta perubahan perilaku anak muda di Jepang dan Korea yang lebih memilih hidup mandiri, telah mempengaruhi dinamika tenaga kerja global.
“Fenomena ini pada akhirnya juga berdampak pada banyaknya anak-anak Indonesia yang berkompeten sehingga memilih untuk bekerja di luar negeri, karena potensi mereka tidak dimanfaatkan di Indonesia,” terangnya.
Di akhir sambutannya Prof Jainuri mengingatkan kembali terkait tiga aspek yang dia sampaikan tadi.
“Tiga aspek penting yang akan saudara peroleh di Umsida itu, saya harap saudara anggap serius, karena itu akan membentuk saudara yang selain berilmu, juga memiliki kompetensi. Umsida insyaallah menjamin komponen dari proses pembelajaran menjadi sebuah sistem pendidikan yang ideal, yang insyaallah tidak merugikan masyarakat,” ucapnya. (*)
Penulis Ario Khairul Habib, mahasiswa Umsida magang wartawan di PWMU.CO. Editor Mohammad Nurfatoni