PWMU.CO – Delapan karakter pemimpin disampaikan di Pengukuhan PCM Balongbendo dan Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) setempat. Acara pengukuhan bersama bertempat di halaman SD Muhammadiyah 10, Rabu (20/9/2023).
Acara ini dihadiri oleh seratus orang yang terdiri anggota PCM dan PCA Balongbendo, PCNA, PCPM, Forpimka, MWC NU, PC LDII, MUI, PC Shiddiqiyyah, PAC Muslimat.
Pukul 20.00 WIB acara dimulai dengan menampilkan siswa-siswi SD Muhammadiyah 10 membawakan jurus-jurus Tapak Suci.
Usai pengukuhan oleh PDM dan PDA Sidoarjo, Wakil Ketua PWM Jawa Timur Dr Muhammad Sholihin MPSDM memberikan ceramah kepemimpinan.
Pak Shol, panggilan akrabnya, menyampaikan, indikasi keberhasilan seorang pemimpin dalam berorganisasi adalah banyaknya pengalaman untuk menyelesaikan berbagai masalah dalam organisasi.
Pemimpin yang baik hendaknya memiliki delapan karakter pemimpin berikut
Pertama, integritas. Integritas tertinggi adalah kejujuran. Pemimpin yang tidak jujur tidak akan bisa memimpin orang lain. Pemimpin tidak boleh membohongi diri sendiri dan hati nurani.
”Membohongi diri sendiri disebut pembohong dan membohongi orang lain disebut munafik. Membohongi diri sendiri saja tidak boleh apalagi membohongi orang lain,” katanya.
Kedua, memiliki pengetahuan dan kecerdasan yang tinggi. Pengetahuan ini bisa didapat dengan banyak belajar, silaturrahim dan berdiskusi.
Pengetahuan kita tentang mengatur organisasi masih terbatas sementara pengetahuan, masyarakat, situasi dan kondisi di sekeliling kita sudah berubah, maka kita harus menyesuaikan perubahan tersebut.
”Contoh paling dekat adalah teknologi yang saat ini sudah menjadi sebuah kebutuhan. Semua informasi bisa diketahui dengan mudah dengan teknologi melalui media sosial,” katanya.
Ketiga, memiliki keberanian. Keberanian dalam mengambil keputusan. Hal yang terberat bagi seorang pemimpin adalah mengambil keputusan. Ketika orang lain ragu-ragu, maka pemimpin harus mengambil keputusan.
”Jangan ragu-ragu dan harus berani meng mengambil risiko. Seperti risiko dijelekkan orang lain, meninggalkan rumah, dan keluarga untuk mengurus organisasi karena banyak pemimpin yang hanya mau enaknya,” ujarnya.
Semua pemimpin hendaknya juga mau berkorban baik korban waktu dan tenaga atau perasaan untuk mengurus orang lain.
”Jika kita mengurusi orang lain, insyaallah akan datang pertolongan. Salah satu contoh riil adalah dalam kehidupan kita, ketika sepeda motor saya hilang, esok harinya ada yang memberikan sepeda. Termasuk juga ketika ditawari rumah dan mobil saat saya belum memilikinya. Orang yang mengurusi umat adalah orang yang mulia,” kata Sholihin.
Keempat, punya inisiatif. Cari banyak alternatif jangan puas hanya dengan satu cara.
”Orang yang sukses adalah mereka yang selalu berpikir tentang cara. Orang yang gagal adalah yang selalu menyalahkan orang lain. Rowahu Sholihin,” kelakarnya.
Menurut dia, kita tidak boleh diam atau mengeluh saja. Misalnya mau mengadakan acara tapi tidak punya dana. Maka pemimpin harus punya inisiatif, jangan tergantung pada dana, banyak-banyaklah berpikir mencari inisiatif dan lakukan banyak kegiatan. Berikan sebagian rezeki kita untuk menggiatkan organisasi, insyaallah akan diganti oleh Allah swt.
Kelima, bijaksana. Sholihin menukil pendapat Sayyid Sabiq yang mengatakan, bijaksana yaitu tahu apa yang harus dikerjakan dan mana yang harus ditinggalkan. Punya skala prioritas. Jangan mengurus hal-hal yang tidak penting.
Keenam, adil, tidak berat sebelah, tidak berpihak pada salah satu pihak saja. Jangan bermusuhan baik dengan internal ataupun eksternal Muhammadiyah. Semua kita sesama kita adalah bersaudara bahkan sekalipun terhadap non muslim.
Ketujuh, dapat dipercaya, konsisten dalam bersikap dan jangan mudah berubah atau plin-plan. Seorang pemimpin harus bersikap tegas, ya atau tidak harus jelas.
Delapan, tidak mementingkan diri sendiri atau egois. Menghargai orang lain, suka mengalah dan jangan menonjolkan hal-hal pribadi hanya mengurusi diri sendiri. Utamakan kepentingan bersama.
Penulis Sunarsih Editor Sugeng Purwanto