Kekurangan Dai di Daerah 3T
Arifin lantas memaparkan dakwah komunitas yang telah dilaksanakan oleh LDK baik di komunitas atas, menengah, dan bawah.
“Ramadhan kemarin kita melakukan pembinaan mualaf, kemudian kita juga beri santunan di akhir acara. Salah satunya di Suku Badui Banten. Di sini banyak mualafnya. Dan untuk k esana membutuhkan perjuangan. Ini merupakan potret dakwah di daerah terpencil,” ungkapnya.
Arifin juga mengisahkan pengalaman dai 3T yang ditugaskan di Mentawai Sumatera Barat melalui video yang ia tampilkan di layar Zoom.
Disebutkan dalam video tersebut bahwa sang daiharus menempuh selama 6 jam menggunakan motor menuju medan dakwah yang ada di pedalaman Mentawai. Di sana terdapat sekitar 50 warga yang beragama Islam, dan sebagian besar mereka merupakan mualaf.
Akan tetapi seiring berjalannya waktu semakin melemah keimanan mereka, satu per satu dari Muslim murtad lagi menjadi Kristen dan Katolik, sebab kekurangan dai atau ustadz yang berdakwah di desa tersebut.
“Jadi kekurangan dai kita untuk kita terjunkan di daerah-daerah seperti ini. Makanya kita sekarang mencoba bekerja sama dengan perguruan tinggi untuk bagaimana kita mencetak dai yang betul-betul siap untuk kita terjunkan,” kata Arifin.
Saat ini LDK masih bisa mengirimkan dai ke daerah mualaf sekitar 57. Dan jumlah ini masih jauh dari yang dibutuhkan.
“Makanya kalau bisa yang jurusan agama itu kalau bisa kita beri pengabdian dulu ke daerah 3T atau kampung mualaf,” tuturnya.
Arifin menyatakan bahwa LDK saat ini sudah bekerja sama dengan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) terkait pengiriman dai 3T.
“Yang tidak kalah pentingnya adalah dakwah di dunia maya, karena semua aktivitas manusia saat ini hampir semuanya menggunakan gadget. Selain itu saat ini banyak konten negatif yang harus diimbangi dengan konten positif,” tandasnya. (*)
Penulis Ain Nurwindasari Editor Mohammad Nurfatoni