PWMU.CO – Nasyiah dan Fatayat Bawean mengikuti pelatihan Terapi Perilaku bersama terapis dari UPT Resource Centre (RC) Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik Akfina Faizah Hikmah SPd, Jumat (22/9/2023). Perwakilan Fatayat maupun Pimpinan Cabang Nasyiatul Aisyiyah (PCNA) Sangkapura hadir sekaligus mewakili masing-masing dusun di Bawean.
Kepala UPT RC (sekarang menjadi UPT Layanan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus) Innik Hikmatin SPd MPdI bersyukur, intervensi Sub UPT RC Bawean oleh UPT RC Gresik mendapat penerimaan yang baik oleh masyarakat setempat. “Masyarakat antusias menjadi tenaga relawan dengan bertanya dan mengikuti kegiatan hingga selesai,” ungkapnya.
Bagi Innik, respon positif ini menjadi tanda Sub UPT RC Bawean memang dibutuhkan di daerah tersebut. Pemaparan materi penanganan anak berkebutuhan khusus sekaligus praktik terapi perilaku yang praktis ini, sambung Innik, merupakan intervensi UPT Resource Centre Dinas Pendidikan Gresik. “Untuk mengoptimalkan daya masyarakat sebagai relawan tenaga terapis di Sub UPT Resource Centre Bawean,” terangnya.
Kebutuhan mendesak menjadi alasan pentingnya kegiatan terselenggara. “Dan menindaklanjuti Sub UPT Resource Centre Bawean tetap berjalan sesuai fungsinya, yakni memberikan pelayanan terapi bagi anak-anak berkebutuhan khusus,” imbuhnya.
Sejalan dengan Innik, Koordinator Sub UPT RC Bawean Himmatusy Syarifah ST menyatakan, “Ini memang sangat ditunggu dan dibutuhkan oleh masyarakat di sini karena sulitnya menjangkau kota dan banyaknya anak berkebutuhan khusus yang tidak tertangani dengan baik.”
Begitu pula dari data sekolah. Kata Himma–sapaan akrabnya–setiap tahunnya selalu ada peserta didik berkebutuhan khusus yang masuk di sekolah reguler. “Namun kurangnya pengetahuan penanganan peserta didik berkebutuhan khusus dan pelayanan di sini menjadi kendala bagi tenaga pendidik di sini,” tambahnya.
Terapi Perilaku ABK
Usai menyimak pemaparan materi tentang Anak Berkebutuhan Khusus oleh Fisioterapis UPT RC Gresik Alvina Rahmawati AmdFis, peserta menyimak materi Terapi Perilaku oleh Akfina Faizah Hikmah SPd.
Akfina menerangkan, Menurut Martin dan Pear, terapi perilaku merupakan intervensi yang menerapkan prinsip dan teknik belajar secara sistematis untuk mengubah perilaku individu dalam upaya meningkatkan fungsi dalam kehidupan sehari-hari.
“Perilaku dibentuk berdasarkan hasil segenap pengalamannya berupa interaksi individu dengan lingkungan sekitarnya. Perilaku seseorang merupakan pola cerminan dari pengalaman yaitu situasi atau stimulus yang diterimanya,” jelasnya di Gedung Sub UPT Resource Center Bawean, Jalan Pesanggrahan 1 Sawahmulya, Kecamatan Sangkapura, Bawean, Gresik.
Maka, sambungnya, terapis perlu memahami terlebih dahulu antecedent (pemicu), behavior (perilaku), dan consequence (konsekuensi) dari perilaku anak, disingkat ABC. “Pemicu datang sebelum perilaku terbentuk, yang dapat mendorong untuk melakukan sesuatu atau berkelakuan tertentu,” ungkap Akfina.
Adapun perilaku ialah segala aktivitas individu sebagai respon atau reaksi terhadap stimulus internal maupun eksternal. Konsekuensi, kata Akfina, mempengaruhi perilaku dengan dua cara. “Yang pertama sebagai upaya meningkatkan atau mempertahankan perilaku (R-). Yang kedua, upaya mengurangi atau menghilangkan perilaku (R+),” imbuhnya.
Dia juga menjelaskan ciri terapi perilaku. Pertama, pemusatan perhatian pada tingkah laku yang tampak dan spesifik. Kedua, perlu kecermatan dan penguraian tujuan-tujuan penanganan. Ketiga, perumusan prosedur treatment yang spesifik, sesuai masalah, dan telah ditentukan sebelumnya. Terakhir, penaksiran objektif tentang efektivitas terapi. Dinilai dari perubahan-perubahan dalam perilaku khusus yang nyata.
Terapi perilaku ini ditujukan untuk anak yang mengalami autisme, attention deficit and hyperactive disorder (ADHD, gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif), tunalaras, dan gangguan emosi. Dilansir dari Wikipedia, tunalaras ialah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. Individu tunalaras biasanya menunjukkan perilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku di sekitarnya.
“Tujuan terapi perilaku adalah membangkitkan respon yang benar. Terapi perilaku diarahkan pada tujuan-tujuan memperoleh tingkah laku baru, penghapusan tingkah laku yang maladaptif, atau memperkuat dan mempertahankan tingkah laku yang diinginkan,” terang Akfina.
Selanjutnya, dia menjelaskan 6 tahapan terapi. Yaitu melakukan asesmen, menetapkan tujuan, engagement dan pairing, evaluasi dan pengakhiran, implementasi teknik (konsep dasar ABC), dan umpan balik. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni