PWMU.CO – Gandeng Modin, siswa Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Karangasem (Mamsaka) Paciran melakukan praktik merawat jenazah di Masjid Jami’ Fahd Turki Al-Turki Pondok Pesantren Karangasem Paciran, Sabtu (23/09/23).
Kepala MAM 1 Karangasem Paciran, Purwanto SPd mengatakan, praktik merawat jenazah ini merupakan kegiatan yang sangat baik. Karena siswa tidak hanya tahu atau paham tata cara perawatan jenazah secara islam, tetapi mereka juga langsung mempraktikkannya dengan ahli.
“Dengan bimbingan langsung dari ahlinya yaitu bapak dan ibu modin yang sudah tidak diragukan lagi pengalamannya, diharapkan semua ini sebagai bekal atau modal mereka jika nantinya terjun di masyarakat,” ungkap Purwanto.
Menurutnya, kegiatan ini merupakan inisiatif dari Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Fikih Mamsaka yang dikoordinatori oleh Nur Hidayati SAg MPd.
“Karena pada capaian pembelajaran Mapel Fikih fase E di semester ganjil kurikulum merdeka terdapat materi tentang cara merawat jenazah,” jelasnya.
Oleh sebab itu, menurutnya perlu mendatangkan orang yang berpengalaman untuk membimbing dalam praktik merawat jenazah, mulai dari memandikan, mengkafani, menshalatkan hingga menguburkan ke liang kubur.
“Alhamdulillah para siswa antusias dalam mengikuti kegiatan ini,” kata Purwanto.
Salah satu siswa Mamsaka, Dzun Nuroyn Atillah mengungkapkan bahwa dengan kegiatan praktik seperti ini menjadikan dia lebih mudah untuk memahami materi. “Sebab kita langsung pada praktiknya bukan sekedar materi atau teori di kelas saja,” ucapnya.
Agar Belajar Tidak Hanya Teori
Pengampu mata pelajaran Fikih, Nur Hidayati SAg MPd mengungkapkan, kegiatan praktik pengurusan jenazah ini memiliki tujuan agar pelajaran Fikih bisa dikuasai sampai kepada praktiknya, tidak hanya sekedar teori saja.
“Diharapkan jika nantinya siswa dan siswi MAM 1 Paciran terjun di masyarakat, semua bisa menerapkannya,” ucap Bu Hidayati, sapaan akrabnya.
Hidayati mengatakan, dalam menyukseskan kegiatan ini, pihak sekolah bekerjasama dengan modin yang sudah berpengalaman.
“Kami bekerjasama dengan Bapak Farihul Anam (Modin Dusun Jetak) dan Bu Umu Kulsum (Modin Paciran). Keduanya sudah menjadi modin senior,” ungkapnya.
Menurutnya, kegiatan seperti ini biasanya meninggalkan kesan tersendiri bagi siswa.
“Karena pernah juga ada, santri lulusan pondok kemudian dikirim ke Kalimantan sebagai muballigh. Lalu ada yang meninggal dunia maka perawatan jenazah itu diserahkan semua ke muballigh tersebut. Mulai memandikan, mengkafani, menshalatkan dan menguburkan,” pungkasnya. (*)
Reporter Wahidul Qohar Editor Nely Izzatul